Jalan alkateri, sebuah jalan yang terhimpit dengan bangunan beton menjulang dari hotel Golden Flowers yang seingat saya bangunan ini merupakan mall yang tidak terlalu ramai pula di tahun 90an karena berada di jalur cepat jalan asia afrika Bandung, beberapa pertokoan lain di jalan asia afrika yang berada dekat area hotel golden flowers ini  pun cukup banyak yang tutup dan tidak terurus seperti dezon. 


Cobalah berjalan masuk ke jalan alkateri, sedikit suasana berbeda dapat dirasakan disana, suasana yang masih hidup oleh penjual cermin dan bingkai di beberapa ruas jalan, serta toko-toko kuno yang dominan dimiliki ethnis tionghoa masih mempertahankan bentuk lamanya memberikan athmosphere pecinan di kota Bandung. Tak terkecuali toko yang satu ini, warung kopi purnama namanya, tertera di papan namanya bahwa warung kopi ini telah beroperasi sejak tahun 1930. Tak sulit menemukan warung kopi ini, tinggal berjalan sedikit saja dari samping hotel golden flowers anda sudah dapat menemukan plank penunjuk yang cukup jelas. Sebuah pintu dengan ornamen imlek yang kental (karena saat saya mengunjunginya, sedang dekat dengan moment menjelang imlek pula), sebuah lagu yang mengalun dengan irama jazz ala broadway menyambut saya kala itu, dengan sedikit suara gesekan di beberapa nadanya layaknya sebuah lagu yang diputar dengan piringan hitam membuat nuansa jadul yang begitu terasa sejak saya melangkahkan kaki saya ke tempat ini.


Lima langkah dari pintu masuk, seorang pelayan berkaos merah menghampiri saya yang mempersilakan saya duduk di sebuah meja dan kursi berdesain sederhana namun tetap klasik, sebuah menu yang dicetak dari kertas yang dilaminating ia sodorkan pula. Sambil membaca beberapa daftar hidangan yang cukup unik, mata saya menangkap beberapa bingkai foto kuno yang digunakan sebagai penghias warung, rata-rata foto yang dipajang merupakan foto dari kota bandung tempo dulu, namun ada juga sebuah poster the beatles di salah satu sudut saat mereka live di BBC, namun yang paling mencuri perhatian adalah sebuah foto portrait dari pengelola kedai tersebut dengan background warung kopi purnama di jaman dahulu yang mencerminkan warung kopi ini telah diwariskan turun temurun kepada generasinya saat ini.



Sebelum saya mampir ke warung ini saya juga sudah mengincar beberapa menu khas dari akun instagram mereka yang saya harapkan dapat memuaskan rasa penasaran saya. Sebenarnya pilihan utama saya adalah bacangnya, namun tidak jadi saya pesan karena menggunakan daging babi ketika saya coba bertanya. Ada beberapa menu di kedai ini yang menggunakan daging babi yang dilarang untuk umat muslim mengkonsumsinya, jadi saran saya bila anda seorang muslim untuk lebih cermat makan di kedai ini dengan menanyakan penggunaan bahan yang digunakan dalam menu.


Akhirnya pilihan saya jatuh pada roti selai srikaya, mie bakso yamin dan kopi telur. Tentunya saya sudah memastikan terlebih dahulu bahwa bakso yang mereka buat terbuat dari daging sapi dan disajikan dengan potongan daging ayam suwir  yang rasanya memang berbeda, terutama pada bakmie yang mereka buat yang tipis namun padat. Roti selai srikaya merupakan salah satu menu andalan warung kopi purnama yang rasanya juga khas, roti dan selai yang mereka produksi sendiri menjadikan roti warung purnama ini tidak mungkin untuk dirasakan di tempat lain, karena yang saya tau banyak juga tempat makan yang menawarkan hidangan roti bakar dengan rasa yang nyaris sama antara satu café dengan café lainnya, karena mereka membeli bahan baku roti dan selai dari tempat yang sama. Kopi telur saya pilih karena merupakan salah satu hidangan yang unik yang saya temukan dalam daftar menu, karena biasanya telur itu dicampur dengan susu bukan kopi, dan memang ketika disajikan lemak dari kuning telur tampak terapung di permukaan kopi yang tidak ikut larut bersamanya, namun ketika diaduk dan mencoba satu tegukan pertama memang menjadi pengalaman minum kopi yang berbeda yang saya temukan, kopi yang saya minum menjadi lebih kental dan padat, dan cukup membuat kenyang orang yang meminum satu cangkirnya saja.

Warung kopi purnama adalah salah satu contoh kedai makanan tua yang bisa berkembang di era modern saat ini, salah satunya dengan memiliki akun sosial media untuk melaksanakan kegiatan pemasarannya, banyak sekali tempat kuliner legendaris di Bandung yang hanya diketahui dari mulut ke mulut, beberapa diantaranya bahkan sudah tidak memiliki papan nama dengan tempat yang hampir tidak pernah dipugar, namun warung kopi purnama tetap bisa menunjukkan tampilannya yang klasik tapi juga segar dan nyaman dikunjungi.