“Kota yang baik, adalah kota yang bisa menggoda warganya untuk keluar rumah dengan sukarela. Bersantai di jalur pedestrian atau bibir bangunan atau berinteraksi di taman kota” Enrique Penelosa, Mantan Walikota Bogota, Ibukota Kolombia.
Kalau melihat dari definisi yang disampaikan di atas, setidaknya kota Bandung sekarang ini sudah mirip dengan deskripi tersebut, sejak hadirnya beberapa taman di berbagai sudut kota Bandung serta revitalisasi Jalan Asia Afrika menjelang peringatan Konferensi Asia Afrika bulan April 2015 lalu, sangat terasa perbedaanya, warga Bandung sendiri serta para wisatawan mulai gemar melakukan wisata taman ataupun berkunjung di lokasi menarik lainnya karena sekedar penasaran ataupun sekedar ingin selfie supaya bisa disebut kekinian.
Sebenarnya Bandung tidak hanya kaya akan taman, namun juga kaya akan sungai, beberapa sungai kecil seperti sungai citepus dan cidurian melintas melewati perumahan warga.
Cikapundung adalah satu dari beberapa sungai yang berada di Bandung, namun bersama-sama dengan sungai Citarum, sungai Cikapundung merupakan sungai yang tergolong besar dan membelah wilayah administrasi kota Bandung. Mungkin bila sungai ini bersih dan tertata bisa jadi, sungai cikapundung bisa bagaikan Venice di Italia.
Nama cikapundung sendiri berasal dari nama buah kapundung yang dulu tumbuh di sekitaran sungai, namun saya sendiri belum pernah menemukan buah kapundung secara langsung, saya baru melihat buah kapundung dari hasil penelusuran internet saja.
Sempat saya pernah mendengar cerita bahwa sungai cikapundung ini seringkali meluap antara tahun 1920-1950an, bisa dibayangkan bila saat ini debit air sungai cikapundung masih menyebabkan banjir di tengah kota, mungkin kota Bandung akan bernasib layaknya Jakarta yang seringkali terjadi banjir di wilayah jalan protocol.
Cikapundung yang kini dibangun sebagai lokasi wisata pun mulai nampak terlihat dari dibangunnya Cikapundung River Spot di wilayah Jalan Cikapundung Timur (yang sekarang sudah berganti nama menjadi Jl. Ir. Sukarno). Cikapundung river spot didukung dengan ditutupnya Jl. Ir. Sukarno untuk kendaraan dan dirubah seluruhnya menjadi jalan pedestrian. Sejak keberadaan cikapundung river spot ini praktis mengundang kalangan kreatif di Bandung untuk ikut membuat event di area ini, kini nyaris tidak pernah absen setiap minggunya selalu ada event yang diselenggarakan di Cikapundung River Spot, dari mulai festival makanan, musik serta pameran fashion rutin diadakan di wilayah ini, beberapa fasilitas publik seperti bangku dan air mancur sangat mendukung event-event yang diselenggarakan disini.
Selain Cikapundung River Spot, pemerintah kota Bandung juga menyiapkan Cikapundung Promenade di hilir sungai yang berlokasi di dekat area babakan siliwangi hingga memindahkan kampong kolase yang sudah berdiri sejak lama di lokasi tersebut.

Area-area yang tersebut di atas mungkin bisa menjadi primadona wisata baru bagi para pelancong dan warga, namun bagaimana dengan khasanah keberadaan sungai itu sendiri yang seharusnya menjadi sumber kehidupan yang baik bagi penduduk disekitarnya. Sungai Cikapundung bukan hanya Cikapundung River Spot dan Cikapundung Promenade saja, tapi terbentang melalui 3 daerah administrasi, kabupaten Bandung, kota Bandung serta Kabupaten Bandung Barat, dan sepanjang aliran sungai Cikapundung masih berwarna sangat keruh dan berwarna gelap, sangat tidak baik untuk kesehatan warga yang tinggal di bantaran sungainya, bila sungai meluap maka sampah, kotoran dan segala jenis bakteri yang terkandung dalam air sungai akan terbawa masuk ke rumah warga, bahkan sebenarnya saya pernah melihat di satu sisi orang buang kotoran di Cikapundung, di sisi lain ada anak dimandikan ibunya, serta di ujung lainnya ada seorang ibu mencuci pakaiannya menggunakan aliran air yang sama.
Faktor manusia memang menjadi faktor utama “sakitnya” sungai Cikapundung, namun abrasi yang terjadi di sepanjang sungai Cikapundung pun menyulitkan terwujudnya sungai Cikapundung yang asri, selain juga berbahaya bagi bangunan yang dibangun sepanjang sungai yang bisa kapan saja rubuh karena disebabkan oleh longsor. Seharusnya memang ada batas tertentu dimana warga dapat membangun kediamannya sehingga tidak mengganggu ekosistem alam, namun yang terjadi justru daerah aliran sungai Cikapundung tanpa disadari makin menyempit, karena warga yang tinggal di sisi sungai membangun rumahnya dengan sedikit demi sedikit memakai area aliran sungai tanpa ijin.

Satu inovasi sempat dilontarkan untuk menjernihkan sungai cikapayang yang mengalir di samping balai kota Bandung, pertanyaanya apakah sistem tersebut akan berhasil bila diterapkan di sungai Cikapundung? Mengingat sungai Cikapundung memiliki skala yang lebih besar dibanding Cikapayang.
Perang antara supporter sepak bola di Indonesia adalah kebencian yang diwariskan, anak baru lahir 5-8 tahun lalu udah ngerti benci supporter A, ga tau asal mulanya mereka hanya dengan senang hati ikut-ikutan ayah dan teman-temannya, layaknya sebuah agama yang diwariskan ketika lahir.

Foto Ilustrasi


Dan yang paling bahaya saat ini sebenarnya yang provokasi sana sini di social media mau bobotoh atau the jak yang konteksnya sekarang sedang hangat karena berkaitan dengan pelaksanaan final piala presiden di Jakarta, mending provokasinya positif nah yang negatif?

 Jaman sekarang sosial media viral banget, yg liat semua kalangan, nyebar dalam itungan detik, jadi warisan budaya lah buat generasi baru, anak-anak usia 8 tahun belajar ngomong anjing, mati, dan bunuh (dan mereka bangga). Pelaku pengrusakan plat D di Jakarta dan plat B di Bandung yang tertangkap itu usia 12-22 tahun lho, anak SMP, SMA, dan yang tidak bersekolah.

Saat satu kejadian terjadi, yang satu bahas masa lalu dan yang oknum yang berada pada rentang usia di atas mulai panas ingin membalas, karena liat pemberitaan di media elektronik dan cacian langsung di sosial media, sampai kapan? Nunggu masuk usia dewasa dulu baru sadar? Setelah sendirinya sadar tanpa sadar generasi baru pembawa kebencian muncul padahal tau juga kagak, baru juga lahir kemarin sore, udah diajarin kalau sakit itu mesti dibalas, kalau semua pendukung yg itu tuh mesti dibunuh, kalau nyawa yg kemaren mati belum ada gantinya jangan mau damai.

Yang di atas sudah dingin, yang di tengah masih ngomporin, bangga bisa membenci, senang bila satu pihak mati, sementara sang orangtua menangis, mana ada orangtua yang mengajarkan anaknya kesenangan sepak bola berharap supaya nanti anaknya jago lempar batu ke mobil orang, atau ada seorang ibu bilang kepada anaknya "nak suatu saat kamu harus jago berkelahi biar pas nonton bola ga bisa dihajar supporter lain, kalau ada yg lempar batu..lempar lagi pake batu yang lebih gede".
Siapa yang di kotanya ada car free day? Saya rasa di tahun 2015 ini hampir di semua kota besar dan kota suburban di Indonesia sudah menyelenggarakannya rutin mingguan. Bermula pertama kali di Jakarta pada tahun 2001 (sumber : carfreedayindonesia.org) namun bukan event rutin mingguan seperti sekarang, car free day merupakan event tahunan yang ditujukan mengurangi emisi gas di kota-kota besar. Barulah ketika tahun 2009-2010, intensitas car free day makin meningkat dan mulai diikuti kota-kota besar lainnya termasuk Bandung, yang dimulai dari ruas jalan dago yang kemudian diikuti Jalan Merdeka, Jalan Buah Batu dan kini Jalan Asia Afrika. Namun memang dari keempat ruas jalan tersebut CFD Dago adalah car free day yang paling hidup, segala aktivitas tumplek disana, padahal awalnya CFD diadakan sebagai salah satu agenda lingkungan hidup untuk menyadarkan betapa pentingnya mengurangi gas buang emisi dari kendaraan bermotor, maka dari itu saat pertama kalinya diadakan banyak orang yang berbondong-bondong membawa perlengkapan olahraga untuk mengisi ruas jalan yang kosong, dari mulai lari pagi, futsal, badminton sampai bersepeda. 
Ada gula ada semut, makin banyak gulanya, semut-semut mulai berdatangan, ketika minggu-minggu berikutnya CFD diadakan kembali para pedagang mulai ikut meramaikan CFD untuk mendapatkan jatah rezeki yang bisa didapatkan dari pengunjung yang makin hari makin bertambah banyak.
Tak hanya pedagang asongan yang hadir di CFD, para perusahaan besar pun mencium kesempatan yang dapat dihadirkan oleh adanya CFD, karena hanya di CFD Dago perusahaan bisa mendapatkan atensi besar dari masyarakat hanya dalam hitungan jam, dan bisa menimbulkan efek yang masif dengan cara yang efektif. Berbagai aktivitas promosi dan publikasi digelar oleh berbagai perusahaan untuk membuat merek dagang mereka dikenal dan tentunya bisa berefek pada penjualan produk.

Namun, banyaknya pengunjung dan pedagang yang makin lama makin berjubel di CFD melahirkan masalah baru, salah satunya adalah sampah, selalu setelah event car free day berakhir hasilnya meninggalkan banyak sampah yang menambah pekerjaan rumah bagi petugas kebersihan untuk membersihkannya, entah dari kemasan pembungkus jajanan yang dijual disitu maupun dari brosur yang disebar perusahaan dalam rangka publikasi produk dan merek.
Masalah sampah yang hadir mengundang Pak Sariban, seorang relawan lingkungan yang sebenarnya sudah bergerak sukarela membersihkan kota Bandung dari tahun 1980-an untuk hadir secara rutin di CFD untuk menyuarakan bagaimana pentingnya menjaga lingkungan, sehingga menjadikan pak Sariban ini menjadi ikon CFD Dago. Untuk menyebar massa CFD, lokasi pelaksanaan CFD mulai disebar dengan mengadakannya di beberapa daerah seperti buah batu dan jalan merdeka, namun cara tersebut tidak mampu juga untuk menyebar massa, karena masyarakat tetap lebih banyak datang ke CFD Dago, padahal situasi CFD di Dago sudah mengarah ke situasi yang tidak kondusif, orang-orang sudah tidak nyaman untuk berolahraga apalagi bersepeda karena padatnya pengunjung yang datang, belum lagi sempitnya jalan yang disebabkan oleh event yang diselenggarakan perusahaan ataupun sebuah kampanye sosial dari sebuah organisasi.

Tren Car Free Day pun mulai berubah, saat sebelumnya orang datang ke car free day untuk olahraga, kini tujuan warga yang datang lebih kepada jalan-jalan sambil mejeng atau bahkan sudah diniatkan untuk belanja, kalau dulu masih banyak yang datang ke CFD memakai jersey dan celana training, sekarang yang dominan datang ke CFD sudah memakai celana Jeans dan aksesori yang wah.
Memang tujuan awal diselenggarakannya CFD adalah untuk mengurangi emisi gas buang pada kendaraan bermotor yang menurut saya tujuan ini tidak tercapai, karena  tetap saja para penduduk kota datang ke car free day menggunakan transportasi bermotor, termasuk beberapa pesepeda pun datang ke lokasi car free day menggunakan mobil yang kemudian sepedanya diangkut dari dalam mobil, mobil yang tidak dapat melewati jalan utama Ir. H. Djuanda pun tetap dapat berjalan melalui jalan alternatif lainnya, itu berarti hampir tidak ada pengurangan emisi dari gas buang kendaraan bermotor secara signifikan.

Akan tetapi ada juga banyak hal yang CFD sudah banyak ciptakan terutama bagi kota Bandung, sebelum adanya fasilitas dan gerakan taman kota yang digagas Walikota Ridwan Kamil sekarang, Car Free Day telah menjadi sarana bertemunya para penduduk kota untuk dapat beraktivitas apa saja, saling bertegur sapa dan menjadi wadah positif untuk menyuarakan isu sosial yang dapat diketahui warga secara masif, hal-hal yang sebelumnya tidak banyak diketahui oleh masyarakat awam yang lebih sering diam dirumah.

Kota yang sehat adalah kota yang warganya senang untuk beraktivitas di luar rumah, saling berinteraksi, bertukar pikiran secara langsung tanpa terbebani pulsa maupun sinyal ataupun kesenjangan gadget lainnya. Setidaknya ketika penduduk kota datang ke car free day ini mereka meniatkan diri untuk bangun pagi dan sedikitnya menggerakan tubuhnya untuk berjalan kaki di area CFD.
Setidaknya mereka datang ke CFD untuk melakukan transaksi jual beli dengan sistem tawar menawar secara langsung di lokasi, bukan melihat harga pas yang tertera di sebuah layar HP ataupun monitor ukuran 14 inchi.
Setidaknya anak-anak dapat bermain berlarian sesuka hati tanpa harus khawatir memecahkan barang pecah belah ataupun mengurung diri seharian di kamar yang membuat tagihan listrik dan internet menjadi membengkak di akhir bulan.

Saya mulai rutin datang ke car free day sejak tahun 2012, saya pun termasuk salah seorang yang pernah sedikitnya mencoba merasakan mendapat rezeki dari berjualan bersama salah seorang teman disini, tak terlalu banyak biaya yang harus dikeluarkan saat berjualan di CFD Dago ini, sedikitnya cukup dengan membayar uang kebersihan sebesar 6000 rupiah dan sebungkus rokok untuk Satpam toko atau kantor yang teras depannya kita gunakan untuk berjualan, untuk sistem di 2015 entah seperti apa dan harga yang harus dibayarnya berapa.

CFD tak hanya memiliki fungsi secara ekonomi dan sosial, namun di Bandung dari
pengalaman yang saya rasakan sendiri, Car Free Day menjadi tonggak lahir dan berkembangnya komunitas-komunitas kreatif di Bandung, hal ini baru saya sadari ketika saya dan komunitas mengikuti ajang festival berkumpulnya para komunitas di Bandung, saat saya bertanya satu persatu kepada para anggota dan komunitasnya, komunitas mereka rata-rata baru berdiri setelah tahun 2010 dan setidaknya mereka pernah melakukan kegiatan di car free day Dago Bandung ini minimal sekali, entah itu komunitas fotografi atau menggambar yang menyelenggarakan hunting atau pameran di CFD, ada juga komunitas street dance, skater, cosplay yang unjuk
kebolehan sampai komunitas pecinta hewan peliharaan seperti reptile dan musang yang cukup sering mengadakan gathering di taman cikapayang saat CFD.
Lalu kenapa berkembangnya di CFD? Hal ini tak lepas dari kebiasaan warga kota yang sejak awal diadakannya CFD, membawa masing-masing hal dan aktivitas yang mereka senangi ke CFD, saat mereka bertemu dengan orang yang memiliki hobi yang sama disitulah mulai timbul perkenalan dan pembicaraan dan tercetuslah sebuah ide untuk berkreasi. Tak hanya itu CFD yang memiliki wilayah yang luasnya memadai serta massa yang sangat banyak menjadi arena tersendiri untuk komunitas sebagai wadah unjuk kebolehan dan bakat yang mereka miliki, serta menjadi ajang perekrutan anggota baru.
Bakat dan kreativitas yang para komunitas miliki ini tidak hanya sebagai ajang pamer atau penyaluran bakat, namun juga sebagai ajang presentasi kepada publik dan pihak komersial agar dapat dilirik dalam suatu kerjasama komersial, tentunya hal yang paling menyenangkan itu saat kita melakukan apa yang kita senangi dan kita dibayar untuk itu. Seperti sebuah merek cat tembok yang pernah menggaet komunitas dance dan graffiti ataupun sebuah perusahaan provider yang mensponsori sebuah
event hunting komunitas fotografi. Semakin banyak anggota dalam komunitas  maka semakin besar nilai komunitas tersebut di mata perusahaan, apalagi bila komunitasnya memiliki massa yang besar juga di akun sosial media, hal ini akan memudahkan perusahaan menarik massa saat akan mengadakan sebuah event dalam rangka meningkatkan penjualan produk mereka, begitupun sebaliknya komunitas memiliki sebuah daya tarik untuk anggota baru saat memiliki banyak agenda event-event bergengsi dengan sebuah nama brand di dalamnya.

Adanya CFD ini makin memicu kreativitas anak muda Bandung untuk berkreasi dan menggeser tren ekstrakurikuler di sekolah. Jaman saya bersekolah dulu, saya dihadapkan oleh pilihan terbatas yang dimiliki sekolah untuk kegiatan ekstrakurikuler, pilihan yang ada tidak jauh dari PMR, Pramuka, klub olahraga dan beladiri. Saya masih ingat seorang teman yang memiliki ketertarikan berkreasi di bidang tari, ia mengajukan proposal permohonan pendirian ekstrakurikuler break dance pada pihak kesiswaan sekolah yang sampai ketika ia lulus dari sekolah, proposal tersebut tidak pernah disetujui karena dianggap akan menambah beban biaya sekolah serta membawa pengaruh asing yang kurang baik ke lingkungan sekolah. Nah anak muda jaman sekarang daripada repot-repot mengajukan pendirian ekstrakurikuler di sekolah, lebih baik mereka buat sebuah komunitas, dengan viralnya sosial media jaman sekarang, sangatlah mudah untuk mendapatkan massa untuk anggota selama memiliki karya yang unik dan berkualitas, apalagi skala jaringannya akan jauh lebih besar dari skala sekolahan, skalanya sudah skala sebuah kota bahkan bisa menjaring skala nasional berikutnya.


Eitss.. ini bukan artikel soal politik yaa..
Terus apaan bisnis jual isu..yaa buat sebuah isu untuk diperbincangkan masyarakat agar produk sebuah brand terjual..
Indonesia mah ga jauh da..penduduknya sangat senang dan dekat dengan gosip, mau ibu-ibu di pasar, bapak-bapak di warung kopi atau para netizen di social media, makanya metode marketing word of mouth  adalah metode pemasaran yang masih sangat ampuh di Indonesia, apalagi sebuah isu produk sudah dapat masuk ke social media, produk itu akan menjadi sesuatu yang viral di Indonesia, ketika isu itu sebuah hal yang menarik semua karyawan perusahaan tinggal gulirkan isu tersebut misal di path, ketika contentnya unik atau lucu, teman-temanya pada repath semua, save picture, posting di instagram connecting to twitter & Facebook, posting di home LINE, posting di Grup chat,  dijadikan DP di BBM, temen dari temennya karyawan liat copas DP dan posting di seluruh social media tadi dan seterusnya.

Saya sendiri pernah mencobanya, saya punya penghasilan sampingan dari jasa pembuatan gambar WPAP (Wedha's Pop Art Portrait) yang sekarang sedang ngetrend gara-gara jenis pop art itu dipakai sebagai metode publikasi pada peringatan KAA ke 60 di bulan April 2015 silam, bahkan beberapa hiasan WPAP tokoh KAA masih menghiasi jalan Asia Afrika-Cikapundung Bandung dan menjadi ajang wisatawan untuk berfoto selfie disana. Nah saya tahu dari jauh hari bahwa tanggal 25 September kota Bandung akan berulang tahun yang ke 205, dan saya juga tahu di social media jaman sekarang, para netizen terutama yang berasal dari kota Bandung sejak adanya akun social media @infobdg gemar memposting sesuatu yang sifatnya social up to date, jauh dari jaman dahulu yang bahkan warga Bandung tidak tahu hari berdirinya kota sendiri. Saya pun mulai memilah tokoh-tokoh yang cukup jadi ikon kota Bandung saat ini, tentunya walikota Ridwan Kamil menjadi pilihan utama, lalu kemudian Pidi Baiq dan Atep sebagai ikon Persib Bandung, tak lupa Pak Sariban seorang relawan lingkungan yang sekarang mulai naik ke media elektronik, dan malah sekarang di endorse salah satu brand air mineral ternama di ikut sertakan dalam proyek saya, ia pun populer juga di dunia maya karena banyak blogger yang mengulas mengenai dirinya di situs mereka.

Design ini saya sengaja buat berbentuk square (1x1) karena jaman sekarang semuanya mengarah pada bentuk seperti ini, karena orang akan lebih mudah dan tertarik untuk share, Instagram, BBM, dan profile picture lainnya dibuat seperti itu. Makanya bia anda ingin menyelenggarakan sebuah event amat sangat dianjurkan untuk membuat poster publikasi dalam bentuk kotak sama sisi.
Pagi hari tanggal 25 September langsung saya posting ini di berbagai social media yang saya miliki, kenapa pagi? karena kebiasaan orang jaman sekarang ketika bangun pagi adalah membuka smartphone, dan membuka all social media yang dimiliki Facebook, Path, Twitter, Line dan BBM.
Saya tinggal mandi dan bersiap untuk pergi kerja, sudah banyak teman saya yang "loved" dan ada yang repath, Instagram sudah mencapai 30 likes dan ada yang regram termasuk salah satu tokoh yang saya buat WPAP wajahnya yaitu Atep yang sudah memiliki 30ribuan followers, memang social media yang paling viral itu instagram, karena total dalam 1 hariuntuk ukuran saya yang followersnya sedikit, gambar saya mencapai rekor likes (ukuran saya) sebanyak 269 likes, foto biasa aja paling banyak 20-40 likes, artinya banyak orang yang setidaknya melihat hasil karya saya dan dengan baik hatinya me-repost karya saya (maka dari itu saya buat watermark di dalam gambar, karena saking viralnya penyebaran desain saya, ada beberapa orang yang repost tapi tidak give credit ke saya sebagai pembuat, termasuk beberapa merek dagang sebuah produk di Bandung.

Yak, sebuah gambar dengan bentuk resolusi square akan bisa dimanfaatkan dengan baik oleh sebuah produk atau merek karena memiliki share rating yang lebih tinggi karena social media supported, baik itu gambar cantik dengan sebuah quote yang "ngena" di dalamnya ataupun sebuah meme-meme kocak.

Saya rasa sekarang semua tahu dengan Go-Jek, ya jasa transportasi ojek dengan inovasi online, tapi pernahkah anda sadar bahwa Go-Jek saat ini marak digunakan tentunya sebagian karena harga promonya saat ini dan satu lagi karena sedang trend, saat ini masyarakat ketika menggunakan dan memakai sesuatu yang trend akan menaikkan gengsi sosial, cerita langsung dari teman-teman saya yang sudah menggunakan kadang mereka sebenarnya sedang ga butuh-butuh banget go-jek, toh mereka juga punya kendaraan, tapi demi update di social media masing-masing bahwa akhirnya mereka menggunakan Go-jek maka jadilah Go-Jek sesuatu yang viral di masyarakat apalagi dengan sebuah isu yang dilempar oleh Go-jek sendiri lewat meme-meme kreatif serta story broadcast yang kocak untuk menjadi suatu bahan update-an para  pelaku media social.

Hal ini juga dilakukan oleh brand jadul kong ghuan di saat bulan Ramadhan, mungkin yang dibuat oleh KongGhuan cuma satu meme, tapi dasar kreatifnya netizen jaman sekarang, hanya dalam sekejap gambar kong ghuan ini memiliki belasan versi cerita tentang sang ayah yang tidak hadir di gambar meja makan di kemasan biskuit KongGhuan.

Inilah yang disebut marketing yang viral, disebut viral karena kata viral merupakan asal kata dari virus yang ibaratnya sangat mudah menyebar. Kenapa gambar lebih mudah menyebar, karena trend socmed jaman sekarang, orang lebih menyenangi sesuatu yang bersifat visual, makanya Instagram saat ini menjadi primadona para pelaku bisnis online, karena memang dengan postingan yang sifatnya visual akan membantu orang untuk melakukan keputusan pembelian lebih cepat apalagi dengan pemilihan hashtag yang tepat yang membuat foto dari produk/merek tersebut dapat tersebar dengan cepat. Makanya produk dessert Taiwan seperti mangkok manis, moco moco, dll yang cukup ramai warna dan bentuknya menjadi sangat digandrungi karena menarik untuk difoto dan diupload di social media, ada kalanya sekarang produk makanan tuh bukan hanya enak yang bisa laku tuh..tapi juga bagus difoto.

Seiring dengan melesatnya Instagram sebagai alat bisnis online utama, trend penggunaan twitter sebagai alat penjualan sudah tak sebagus dulu. Pernah membandingkan timeline twitter tahun 2012-2013 dengan timeline 2015? Ya..saat saya pribadi membuka timeline twitter di suatu waktu, saya sudah hampir tidak dapat menemukan akun pribadi pada timeline kecuali akun seorang selebtweet (yang memang cari duit disana) dan akun publik yang sifatnya informatif, adapun akun pribadi yang update adalah updatean via path atau instagram, nah kalo soal complaint twitter masih menjadi rajanya, saat kecewa terhadap produk/pelayanan suatu produk, twitterlah yang dijadikan sebagai ajang bulan-bulanan, disitulah peran customer service online sangat dibutuhkan.

Selain gambar yang lebih mudah di share, produk itu sendiri tetap dapat menjadi suatu yang viral ketika produk itu sendiri unik dan menarik sehingga memberi kesan tersendiri bagi yang mencobanya, dan dengan senang hati membicarakannya dan merekomendasikannya kepada kerabat dan teman-temannya. Misalkan saat ada kemunculan kue cubit green tea dan burger yang berwarna hitam besar, ataupun juga kesan yang didapatkan ketika mendapat pelayanan lebih dari suatu maskapai penerbangan atau restoran.

Ya bila ingin produk anda cepat diketahuiorang..buatlah sebuah isu yang membuat orang dengan senang hati menyebarkannya, ini promosi hemat efektif lho, yang mahal?? idenya tuh yang mahal.


<span data-iblogmarket-verification="seejDz~UbEAq" style="display: none;"></span> 

Sumber Hidangan "Sunshine Bread" atau dulu saat jaman Penjajahan Belanda dikenal dengan nama Het Snoephuis adalah sebuah toko roti yang terkenal legendaris karena sudah berdiri sejak tahun 1929 di Jl. Braga Kota Bandung. Nama sebelumnya yaitu Het Snoephuis sendiri memiliki arti Rumah manis. Memang agak sulit menemukan toko roti ini karena tidak terdapat plank nama toko yang terpasang di luar, serta fisik toko yang terhalang oleh para pelukis jalanan yang memajang karyanya.

Tak disangka juga setelah saya masuk ke dalam area sumber hidangan, toko ini cukup luas juga, dan memiliki display yang besar. Karena sebelumnya saya mengenal sebuah toko roti legendaris lainnya yaitu toko roti Sidodadi di jalan Otista yang tergolong kecil dan sempit, benar-benar hanya sebuah toko untuk membeli produk roti saja. Sumber Hidangan memiliki koridor jalan yang lebar dan setengah area lainnya yang dapat dipakai menyantap hidangan khas dari toko ini, cukup banyak meja dan kursi yang dapat masuk ke dalamnya sehingga para wisatawan cukup leluasa berkunjung disini, walaupun toko roti ini terhalang oleh display bertumpuk dari pelukis jalanan Braga, namun ternyata banyak juga turis lokal ataupun mancanegara yang datang kemari karena ternyata nama sumber hidangan cukup populer di dunia maya, sudah banyak sekali blog yang membahas mengenai tempat ini, entah postingan saya ini sudah masuk urutan ke berapa di google. Bahkan
sebenarnya saya sendiri yang notabenenya merupakan warga Bandung asli baru mendengar nama toko ini 3 bulan yang lalu dari salah seorang teman saya yang berkunjung dari malang untuk mencari lokasi toko ini.

Daya tarik lain dari toko ini adalah arsitektur dan interior toko yang berkesan vintage karena masih mempertahankan desain dan gaya lama yang sangat jadul, dekorasi foto hitam putih dan meja kursi yang khas pun tampak menghiasi toko ini.Apalagi untuk ukuran tempat makan di jaman sekarang tuh segala sesuatunya harus selfieable, yang artinya tempatnya asyik buat selfie dan di update di socmed, dan saya rasa sumber hidangan sudah masuk kriteria tersebut.

Sebuah meja kasir besar dan lengkap beserta mesin kasir raksasanya menjadi sesuatu yang cukup ikonik di sumber hidangan ini, pernah nonton film Warkop DKI yang adegannya di sebuah hotel (saya lupa judulnya), ya perabot dan interiornya mengingatkan saya pada film tersebut.

Memang toko sumber hidangan ini berniat untuk mempertahankan khas klasiknya, namun sedikit catatan juga setidaknya langit-langit yang terkelupas perlu banyak perbaikan. Jarak dari lantai dan langit-langit toko juga terbentang cukup jauh, sehingga kesan luas dari bangunan makin terasa.
Dan tentunya satu hal yang terkenal dari toko roti ini adalah rasa dan bentuk roti tersebut yang tak hanya enak tapi juga unik, beberapa jenis roti memang cukup familiar seperti croissant, dan roti corong dengan fla. Namun kebanyakan roti dan cake disini saya sendiri baru pertama kali melihat dan mencicipinya, tak kalah dengan roti-roti yang sekarang banyak dijual di mall, roti dan cake disini memiliki rasa manis yang unik yang saya rasa bahkan tidak bisa diciptakan oleh merek-merek roti mall tersebut. Pembungkus roti yang menggunakan kertas pun menjadi point yang memperkuat citra klasik pada roti dan cake sumber hidangan. Di sini juga kita dapat membeli beberapa makanan pendamping yang juga nikmat, salah satunya sorbet, yang tidak banyak orang tahu merupakan asal mula es krim yang bentuknya masih tradisional dan lebih homemade.
Konon memang bentuk dan rasa yang dibuat di Sumber Hidangan ini masih sangat orisinil mengambil dari resep para bangsa asing yang pernah singgah di Indonesia.

Kabar lain yang beredar, bahwa toko ini akan tutup dalam beberapa tahun ke depan karena tidak dapat mempertahankan omzet dan kalah bersaing dari produk roti modern, tentunya saya berharap toko sumber hidangan ini akan terus beroperasi, karena saya rasa resep yang dimiliki toko ini benar-benar the one and only.

Senang membaca buku? Ingin mencari suasana yang nyaman untuk menghabiskan waktu seharian dengan buku-buku asik sambil ngemil dan ngopi, mungkin anda perlu mencoba mengunjungi Little Wings Cafe & Library, satu cafe yang terletak di kawasan Cigadung Raya Barat, nomer 2 tepatnya, rute menuju ke tempat ini bisa melalui jalan cikutra ataupun jalan Dago, tapi menurut saya lebih mudah untuk menemukannya dari Jalan Dago, karena memang jalannya lebih dekat dari arah sana, naik ke arah jalan Dago saat menemukan pertigaan yang mengarah ke arah Taman Hutan Raya sebelah kanan dan Lawang Wangi sebelah kiri, ambil jalan yang ke lawang wangi ke arah kiri bawah hingga menemukan pertigaan kembali bila ambil kiri menuju Lawang Wangi..nah ambillah jalan ke kanan untuk memasuki area cigadung, tak jauh dari sana anda bisa menemukan sebuah rumah dengan arsitektur yang tidak umum terutama untuk rumah-rumah di Indonesia, karena rumah ini memanjang bagaikan sebuah bus tingkat dan ramping.
Walaupun rumah ini tidak terlalu besar dan sederhana,  pekarangan disini sangat luas sehingga cukup menampung banyak kendaraan untuk parkir, selain rumah ini terdapat juga sebuah rumah adat kecil di samping cafe tersebut yang dijadikan dapur dan sedikit ruang untuk bersantai apabila tempat di dalam cafe utama tidak memadai, sedikit kontras memang desainnya dengan cafe utama yang berdesain lebih ke Eropa.
Dari pintu masuk utama terlihat juga sebuah etalase di sampingnya yang memajang jaket dan tas peralatan untuk mendaki gunung, dan memang ketika masuk di lantai 1, ada lebih banyak rak etalase dengan pajangan perlengkapan berkemah. Namun konsep perpusatakaan tetap di tekankan di cafe ini dengan berbagai rak penuh buku pula yang terpajang menghiasi sudut cafe ini.
Hanya saja area lantai satu ini sedikit ramai dan kurang private karena hampir segala ada disini, di sekeliling tempat makan penuh dengan rak berjejer, entah itu rak buku ataupun etalase yang memajang barang jualan, rasa-rasanya akan canggung di saat kita makan di tempat tersebut, ada beberapa pengunjung lainnya yang bergerak di sekitar kita sedang memilih barang.
Namun buku-buku di lantai 1 ini cukup lengkap dan populer ko untuk dibaca, beberapa buku yang saya temukan adalah novel-novel populer salah satunya saya melihat buku karangan Dan Brown yang terkenal dengan Da Vinci Code dan Angel & Demonnya terpampang disini. Maka dari itu kami mencoba untuk naik ke lantai 2 sambil melihat apa saja yang berada di lantai 2. Saat saya naik ke lantai 2 suasana di sana masih cukup sepi, dan sebenarnya lebih nyaman di lantai 2, karena di lantai 2 tidak ada etalase barang jualan, hanya rak buku dan beberapa meja untuk bersantai sambil menyantap hidangan, selain itu terdapat beberapa jendela besar sehingga sirkulasi udara lebih baik dan cahaya matahari dapat masuk dari luar.
Cuma pilihan buku disini rata-rata lebih berat dan tebal daripada di lantai 1, beberapa berbicara mengenai negara dan kota dan sebagian menggunakan bahasa asing, tapi ada juga buku populer disini, salah satunya saya menemukan buku karangan J.K Rowling yang berjudul "The Vacancy", selain itu sebuah ruangan dengan settingan sebuah dapur lengkap dengan kompor dan panci bergaya vintage yang tentu tidak bisa dipakai karena hanya merupakan sebuah dekorasi untuk memperkuat konsep dan menjadikan cafe ini menjadi "selfieable", kenapa saya sebut demikian, karena di jaman sekarang terutama di Bandung, sebuah tempat makan memiliki nilai lebih bila memiliki dekorasi unik sebagai latar belakang foto narsis, adanya social media seperti instagram dan path yang mengedepankan tampilan visual menjadikan gengsi pada sebuah foto menjadi semakin viral, karena seseorang akan disebut up to date bila sudah mengunjungi sebuah tempat yang populer dengan bukti sebuah foto tentunya agar tidak disebut hoax. Dan ternyata tempat ini juga sering disewakan untuk sebuah sesi foto pre wedding, tentu saja hal ini menjadi hal yang wajar bila melihat tempat ini yang full decoration.

Akhirnya kami memutuskan memilih sebuah meja di lantai 2 karena cukup sepi dan nyaman untuk bersantai, dan mulai meminta menu kepada waiter, buku menu yang diberikan juga cukup unik karena lembaran menu ditempelkan disebuah talenan, harga yang ditawarkan pun cukup bersahabat dari mulai harga 10.000-20.000 untuk minuman dan cemilan, serta 20.000-35.000 untuk makanan berat, sebenarnya kami ingin membeli beberapa makanan berat seperti spagheti dan ayam goreng, namun ternyata bahan-bahan untuk membuat menu tersebut belum ada, padahal kami datang di saat weekend ketika rata-rata banyak orang datang ke cafe, akhirnya kami memutuskan untuk membeli camilan dan minuman saja, dari beberapa menu tersedia yang ada saat itu hanya kentang goreng saja,dan minuman kami memilih smoothies dan earl grey tea, dan untuk earl grey tea yang saya minum rasanya tidak mengecewakan kok, lebih baik daripada earl grey tea yang pernah saya minum di sebuah restoran korea di mall kota Bandung. Dan kalau melihat dari menu yang ditawarkan serta service disini, ini memang tempat untuk bersantai menghabiskan waktu tidak cukup untuk 1 jam saja , saya rasa bila memang sedang lengang saya bisa menghabiskan waktu untuk 3-4 jam disini.

 Karena suasana cafe yang masih kosong, kami bisa mengeksplore ke lantai 3, dan di lantai 3 ternyata jauh lebih nyaman daripada di lantai 2, bahkan sampai ada tempat tidur, namun seperinya disini lebih cocok untuk dipakai membaca buku daripada untuk makan, karena sedikitnya jumlah meja dan kursi di tempat ini, gaya ruangan di lantai 3 ini benar-benar seperti gaya rumah di eropa dan Amerika yang memanfaatkan ruang yang bersentuhan langung dengan atap, karena ruangan bawah atap di rumah-rumah Indonesia terutama di Bandung, yang saya tahu ruangan tersebut dikosongkan dan biasanya tempat para tikus bersembunyi di siang hari, ruang kosong di bawah atap kalau di Sunda disebut dengan para.


Dari sekitar tanggal 5 November sampai 9 November 2014 adalah hari-hari dimana kota Bandung menjadi kota yang sangat berbeda, macet salah satunya, bukan macet karena wisatawan yang datang berkunjung pada waktu libur panjang seperti biasanya, karena kemacetan ini terjadi pada hari yang bukan merupakan long weekend, yak kota Bandung macet dikarenakan antusias masyarakat pada tim sepakbola kebanggaan Jawa Barat yaitu Persib Bandung melaju ke pertandingan final Indonesia Super League 2014 menantang sang juara bertahan Persipura Jayapura yang sudah menjadi langganan juara dan sudah meraih 4 bintang di dada kiri, situasi memang berbeda dengan Persib yang terakhir kali menjadi juara liga di edisi pertama liga Indonesia digulirkan pada musim 1994/1995, hampir 20 tahun tak pernah mengangkat trophy membuat animo masyarakat menjadi sangatlah besar, posisi lama tak pernah juara menjadikan Persib sebagai tim kuda hitam.

Ribuan bobotoh rela berangkat ke stadion Jaka Baring sampai-sampai ada sebuah hashtag unik beberapa hari sebelum itu yang dimulai oleh akun twitter @simamaung yaitu #modalfinal , untuk satu hari itu saja akun Simamaung menjadi akun FJB (Forum Jual Beli), @simamaung memfasilitasi para bobotoh yang ingin pergi ke Jakabaring dengan me-retweet semua tweet bobotoh yang menjual barang pribadinya yang menggunakan hashtag #modalfinal, sampai #modalfinal menjadi trending topic kala itu, dari mulai berjualan handphone, kulkas sampai motor dijadikan modal para bobotoh untuk mendapatkan tiket ke Palembang, tak hanya #modalfinal hashtag #buligirday menjadi trending topic juga saat itu, terjadi saat Persib Bandung berhadapan dengan Arema Cronus di semifinal, Persib yang kala itu mendapatkan hukuman tidak boleh menyaksikan laga tandang selama satu musim kompetisi, tidak diperbolehkan memasuki stadion Jakabaring, akhirnya para bobotoh yang sudah terlanjur jauh datang ke Palembang berinisiatif untuk membuka atribut persibnya sampai bertelanjang dada untuk dapat memasuki stadion, yang membuat saya merinding adalah bapak walikota Bandung Ridwan Kamil yang juga hadir saat itu di Jaka baring ikut membuka kaosnya dan mengomandoi serta menenangkan para bobotoh saat itu, saya sendiri yang hanya melihat berita di televisi dan social media ikut merinding dibuatnya, sorak dan applause bobotoh pun menyeruak di luar stadion Jaka baring, dan selama di pertandingan tersebut para bobotoh laki-laki pun menonton pertandingan dengan bertelanjang dada, tak hanya di Jaka baring, bobotoh yang menyaksikan pertandingan final secara nobar di Bandung pun ikut bertelanjang dada sebagai bentuk solidaritas.

Akhirnya tiba saat pertandingan final digelar, kota Bandung pun macet total, berbagai sudut kota Bandung menyelenggarakan pertandingan final, saya sendiri berencana menyaksikan pertandingan final di taman film Bandung, jyang akhirnya tidak jadi, karena tidak sempat, jangankan taman film balaikota saja tidak sampai. saya berangkat dari tempat tinggal saya di pagarsih jam 17.15 untuk menyaksikan pertandingan final yang diselenggarakan pukul 18.30, pukul 18.15 saya masih berada di depan viaduct, tidak dapat bergerak maju lebih lanjut ke arah balai kota, padahal jarak pagarsih dan balaikota tidak sampai 5 KM, akhirnya saya memutuskan membelokkan arah saya ke arah pasir kaliki mencari sekiranya ada cafe atau tempat nobar yang tidak terlalu penuh ataupun macet, dan pilihan saya memang tepat karena jalan di daerah pasirkaliki sama sekali tidak macet bahkan lowong, dan akhirnya karena saya sendiri sudah lumayan cape karena bergelut dengan kemacetan, saya memutuskan untuk berhenti di Istana Plaza, karena seingat saya ada beberapa toko yang memasang televisi di tokonya dan sering menayangkan pertandingan Persib. yah..dan setibanya saya di salah satu toko, saya sudah tertinggal sekitar 20 menit dan pertandingan sudah mendapatkan skor 1-1, benar-benar sangat pantas disebut pertandingan final, persib tertinggal lebih dulu oleh Persipura Jaya pura dan 2mampu membalikkan keadaan menjadi 2-1, hingga disamakan kembali pada akhir babak kedua, namun setelah dilanjutkan ke babak tambahan skor akhir tetap 2-2 dan masing-masing ada satu pemain dikeluarkan karena kartu merah, pertandingan dilanjutkan dengan babak adu penalty, di saat jeda persiapan adu penalty saya memilih untuk segera pulang dan melanjutkan untuk menonton pertandingan di rumah, karena bisa dibayangkan kondisi di jalan sehabis pertandingan nanti baik persib kalah ataupun menang, mungkin saya baru mencapai rumah tengah malam, dan Alhamdulillah saya sampai rumah tepat waktu saat babak adu penalty akan dimulai, ya karena jalanan masih lengang juga.

I made Wirawan menjadi pahlawan Persib saat itu dengan  berhasil memblok tendangan dari Ortizan Solossa. Jelas tangis haru memecah stadion saat Achmad Jufriyanto algojo penalty terakhir berhasil menjebloskan bola ke gawang Persipura, padahal saya nonton sisa pertandingan ini di rumah tapi sorak sorai pecah terdengar di sekeliling saya, saya rasa 90% warga setempat pun pasti menonton pertandingan ini.
Keesokan harinya tanggal 8 November 2015 puluhan ribu bobotoh berkumpul di sekitaran pintu keluar bandara husein sastranegara untuk menyambut kedatangan para pahlawan mereka sekaligus mengantarkan para pemain ke mess persib di stadion sidolig ahmad yani.

Saya sendiri lebih memilih untuk menunggu di stadion sidolig,lumayan pasti macetnya kalau ikut arak-arakan, di stadion sidolig yang masih kosong, saya bahkan menungu para pemain di atap stadion, demi mendapatkan foto jelas dari kedatangan para pemain, foto disamping adalah saat pemain belakang Persib Vladimir Vujovic memasuki pelataran stadion sidolig bersama keluarganya, saat itu Luna anak perempuan dari Vujovic agak sedikit ketakutan dan sampai menangis karena ramainya sambutan bobotoh saat itu.

Di dalam stadion para pemain masuk naik ke sebuah balkon, saya sendiri tidak tahu apakah memang balkon tersebut memang sudah ada sejak dulu sebagai tempat untuk mengangkat trophy di era perserikatan, karena di saat saya mulai menyukai dan mengikuti Persib, baru saat ini saya mengalami Persib yang meraih gelar juara.

Pesta tak berhenti sampai di hari itu, karena keesokan harinya skuad Persib dengan menggunakan Bus Bandros berkeliling Bandung dimulai dari bunderan cibiru Bandung timur dengan arak-arakan trophy ISL, saya memilih untuk menunggu di jembatan penyeberangan Asia Afrika depan gedung PLN karena posisinya strategis untuk melihat arak-arakan, walaupun pada akhirnya arak-arakan trophy bahkan tidak sampai ke tempat saya berdiri, sampai jam 6 sore pun skuad persib hanya mampu sampai di simpang lima asia afrika yang kemudian lanjut pulang ke mess, padahal sebelumnya rute sudah direncanakan agar melewati daerah jalan jendral sudirman dan jalan rajawali sampai akhirnya finish di gedung sate. Akhirnya saya pun pulang dengan sedikit kecewa, karena saya sudah menunggu sampai sekitar 4 jam dari jam 2 siang, tapi pemandangan yang saya lihat cukup menakjubkan dan membuat merinding, karena hanya pada hari itu, Bandung benar-benar menjadi lautan biru dalam arti kata yang sebenarnya, jalanan begitu padat dengan bobotoh bahkan untuk kendaraan bergerak pun hampir tidak ada ruang, yangbahkan saya dengar yangahdir pada pawai saat itu bukan hanya bobotoh Bandung saja, tapi bobotoh dari luar kota pun tumpah ruah di Bandung.








Bila saya ditanya mengenai lokasi wisata di daerah Bandung Barat yang worth it , saya akan menyebutkan gua pawon dan dan stone garden. Saya melakukan perjalanan ini untuk melakukan sesi foto prewedding bersama tim fotografi saya, kebetulansaya memiliki bisnis sampingandi bidang fotografi.
Tujuan awal kami adalah stone garden yang berada di puncak gua pawon, kami berencana mengambil background sunrise yang sebenarnya kami telat datang ke tempat ini,yang tentunya mataharinya sudah berada diatas, selain langit pun agak mendung karena malam sebelumnya hujan sedikit deras, serta membuat medan menuju stone gardenagak sedikit berat karena becek dan licin.
Kami datang cukup pagi sehingga area stone garden cukup sepi. 
Memang stone garden ini cukup unik dengan banyaknya batuan yang berukuran raksasa, yang katanya batu-batuan megalithikum tersebut merupakan batuan dari jaman purba.
Disebut stone garden mungkin karena layaknya sebuah kebun, batu-batuan yang timbul dari dalam tanah cukup banyak layaknya ditanam dan tumbuh di sebuah kebun.
Warga sekitar sini menyebutnya dengan sebutan taman batu, dan sepertinya mereka sudah sangat terbiasa dengan kontur di area stone garden, karena dengan mudahnya mereka naik turun batu-batuan besar dengan sangat cepat, apalagi orang yang saya lihat adalah seorang bapak yang sudah cukup tua, tapi sepertinya saya kalah jauh dari dia.
Saat hari mulai siang, waktu menunjukan pukul 09.00, area stone garden sudah mulai ramai, kita istirahat sebentar dan mulai turun ke area gua pawon, dan saat di perjalanan ke gua pawon di kaki bukit ternyata sudah ada pos tiket disana, mungkin saat tadi pagi kami naik petugas jaganya belum bangun hehe
Dan akhirnya kami harus membayar tiket masuk seharga 7.500 Rupiah per orang, cukup murah menurut saya, namun karena kami menggelar sesi foto prewedding juga disini ,maka kami harus membayar biaya tambahan sebesar 50.000 rupiah, selain stand penjualan tiket, pos tersebut juga menjual berbagai merchandise seperti gantungan kunci dan kerajinan tangan lainnya.

Sesampainya di tempat parkir, kami tinggal berbelok ke arah kanan untuk menuju gua pawon, tak jauh mungkin hanya sekitar 300 meter dari tempat kami turun dari stone garden, di perjalanan kami cukup banyak menemukan monyet liar yang cukup berani berdekatan dengan pengunjung ataupun warga.
Setibanya kami digua pawon, bau busuk mulai tercium dan sangat menyengat, belum jelas apa sebenarnya yang menyebabkan baunyabegitu kuat, dan baru ketika masuk sedikit lebih dalam gua, akhirnya kami tahu asal bau busuk ini berasal darikotoran dan bangkai kelelawar, ketika kita meilhat kebagian bawah kita menemukan beberapa bangkai dan kotoran kelelawar yang terjatuh dari sarangnya, dan saat kita melihat ke atas gua..kami menemukan sinar yang jatuh dari lobang di langit-langit gua yang dikelilingi mungkin ratusan kelelawar, mungkin di saat malam tempat tersebut menjadi sarang kelelawar, namun karena ada cahaya masuk  tidur sang kelelawar terganggu dan terus berputar tanpa henti. Pemandangan ini mengingatkans saya pada film Batman Begins saat Bruce Wayne kecil terjatuh pada sumur tua yang di dalamnya terdapat banyak kelelawar, persis seperti batcave di film tersebut, saat kita mengeksplore lebih dalam lagi..banyak spot-spot yang lebih indah di dalam, dan saya lebih suka eksplore di dalam gua pawon ini daripada di stone garden, banyak keindahan tak terduga daripada sekedar hamparan batu.
Curug Malela terletak di daerah Bunisari, Gununghalu Kabupaten Bandung Barat. Perjalanan total menuju ke tempat ini menghabiskan waktu sekitar total 4 jam setengah (saya berangkat dari daerah kopo mas), dari muali kendaraan roda empat, lalu pindah ke kendaraan roda dua dan kemudian dilanjutkan dengan perjalanan kaki dua yang cukup melelahkan, dari kopo kami menggunakan mobil menuju arah batujajar dari jalan tembus di Taman Kopo Indah, kami berangkat pukul 7 yang sampai di dusun Bunisari pukul 9, kami istirahat sebentar di tempat tinggal salah satu teman kami di dusun selama sekitar 1 jam yang kemudian dilanjutkan ke arah curug malela, yang sampai di satu titik, jalanan menuju ke sana sudah terlalu buruk untuk dilanjutkan dengan mobil, apalagi mobil yang digunakan bukan mobil offroad.
Kemudian kami ditawari melanjutkan perjalanan menggunakan ojeg dengan membayar 40.000 rupiah untuk perjalanan bulak balik curug malela, dan menurut saya harga yang cukup pantas mengingat jalan menuju ke sana yang kondisinya cukup parah, bisa saja menggunakan motor sendiri atau mobil kesini, tapi saya jamin biaya untuk service kendaraan anda akan jauh lebih membengkak sepulang dari sini, bahkan saat kami memakai ojeg disini berbarengan, bau kopling yang cukup menyengat hidung menemani sepanjang perjalanan. Sekitar 20 menit perjalanan roda dua kita melewati gerbang yang mengharuskan kita membayar tiket masuk seharga 10.000 rupiah.
Tiba di pos masuk, ternyata motor pun sudah tidak dapat melanjutkan perjalanan menuju ke daerah curug (kecuali bilaanda menggunakan motor trail), kita harus melanjutkannya dengan berjalan kaki selama 1 jam, sungguh perjalanan yang cukup melelahkan, apalagi bagi kami yang notabenenya pegawai kantoran yang sudah cukup jarang mengalami perjalanan sepanjang ini.
30 menit berjalan lelah kami sedikit terobati dengan melihat curug tersebut dari puncak, kami sedikit berjalan cepat untuk menuju ke arah curug. Setibanya kami di curug ternyata pengunjung yang datang cukup banyak, agak sedikit kecewa karena air yang sedikit keruh. Namun memang sesuai julukannya sebagai "Niagaranya Jawa Barat", curug malela memiliki lebar yang lebih dibanding curug lainnya di Jawa Barat dan cukup deras. Karena bila kita melihat curug lain seperti Cinulang, Citambur, Cimahi, curug tersebut lebih tinggi namun lebarnya lebih kecil.
Kami menghabiskan waktu disini selama 3 Jam untuk makan, berfoto selfie dan bersantai (lebih lama di perjalanan daripada di curugnya, haha), dan memang perjalanan pulang jauh lebih berat daripada saat menuju curug, karena pastinya perjalanan pulang kita menanjak dan setelah berisitirahat kembali di kampung bunisari, kita melanjutkan perjalanan dan baru sampaijam 7 malam di kopo mas. Dan menurut saya untuk melakukan perjalanan ini, pastikan dulu keesokan hari tidak masuk kerja, karena setelah perjalanan ini dan keesokannya harus bekerja cukup berat bagi para pegawai,minimal mesti istirahat sehari penuh!!


Kursi-kursi yang berderet rapi memanjang layaknya sebuah tempat duduk di gerbong kereta api memang terlihat seperti kereta api, tapi nyatanya ini adalah sebuah cafe yang menjadi bagian dari gedung grand royal panghegar Bandung selain interior tempat yang menyerupai kereta api , beberapa dekorasi vintage cukup menjadi daya tarik untuk berfoto selfie disini. Satu hal yang menjadi daya tarik disini karena cafe ini didirikan persis di samping rel kereta api sehinhgga ketika ada kereta api yang sedang melewati cafe ini...tanah terasa benar-benar bergetar layaknya ketika kita sedang makan di gerbong kereta api.
Namun memang untuk harga menu disini cukup mahal, mengingat sebenarnya cafe ini merupakan bagian dari apartemen dan hotel Grand Royal Panghegar, harga kopi yang mendekati angka 30.000 rupiah sudah cukup mahal untuk saya dan menu makanan-makanan lainnya yang sudah mencapai angka di atas 30.000 rupiah per porsi.
Saya rasa saat ini kalau saya pajang foto ini sudah tidak ada lagi orang yang bertanya ini dimana? Karena tebing ini sudah sangat populer sejak tahun lalu foto-fotonya beredar di Instagram, bahkan banyak orang yang menyebutnya Tebing Mainstream.
Aneh bin ajaib, tebing yang sudah tercipta dan berdiri disana ribuan tahun lalu dengan jarak yang tidak terlalu juah dari kota Bandung baru dikenal oleh masyarakat Bandung tahun lalu.
Banyak yang menyebutkan kalau tebing ini sebenarnya sudah sering dilewati oleh para penggowes, namun yang berperan penting dalam mempopulerkan tebing ini adalah komunitas foto instagram, peran sosial media yang sekarang begitu viral sehingga membuat tebing ini dalam sekejap menjadi terkenal.
Poin yang menjadi daya tarik di tebing ini adalah pemandangan bandung yang bukan perkotaan tapi justru hutan dan gunung secara langsung.
Hal ini cukup langka dikota Bandung, karena bila kita naik ke dataran tinggi seperti lembang, cartil atau punclut kita melihat keindahan kota Bandung dengan berbagai arsitektur dan lampu temaramnya.
Selain itu posisi tebing yang menghadap ke utara menjadikan kita dapat melihat matahari terbit di sebelah kanan tebing pada pagi hari dan ketika matahari terbenam disebelah kiri tebing, ditambah pemandangan yang sedikit berkabut apabila di pagi hari menambah keindahan pemandangan dari tebing ini.
Hutan yang terlihat dari atas tebing adalah hutan raya Djuanda yang sebenarnya orang lebih familiar dan sering berkunjung karena ada gua peninggalan penjajah yang terlebih dahulu menjadi objek wisata. Saya bisa dibilang cukup terlambat mengunjungi tempat ini, karena ketika saya datang ke tebing keraton pada satu minggu setelah hari lebaran tahun lalu tempat ini sudah penuh sesak walau tidak sesesak sekarang, ditambah area tebing ini sebenarnya cukup sempit dan berbahaya karena berhadapan langsung dengan jurang yang sangat dalam, namun hal ini tetap tidak menyurutkan para pengunjung untuk turun sedikit ke bawah tebing.
Namun, saya termasuk beruntung saat mengunjungi tebing ini karena saya hanya menghabiskan uang 4.000 rupiah saja per motor, 2.000 untuk biaya melewati portal dan 2.000 lagi untuk biaya parkir, kalau dibagi dua biayanya dengan teman boncengan saya, saya hanya mengeluarkan biaya 2.000 rupiah saja.
Berbeda dengan teman saya yang seminggu kemudian mengunjungi tebing ini, ia harus mengeluarkan uang 16.000 rupiah karena para warga  sekitar mulai menjadikan tebing ini sebagai lahan bisnis, 11.000 rupiah untuk tiket masuk dan 5.000 rupiah untuk parkir motor, malah belakangan saya dengar sudah mulai bermunculan tukang ojeg yang mengantarkan para pengunjung bulak balik dari bawah sampai tebing dengan rentang tarif 30.000-50.000 rupiah. Memang kehadiran ojeg ini cukup pantas mengingat jalan yang ditempuh cukup buruk dan agak terjal, dan tidak semua kendaraan mampu naik sampai lokasi.
Setahun berlalu setelah saya terakhir kesana, saya melihatdari foto teman-teman saya yang berkunjung, tempat ini sudah banyak mengalami perubahan salah satunya bagian tebing yang sedikit dibuat rata dengan pasir dan batuan kecil serta pagar pembatas area tebing dengan jurang, walaupun tetap saja masih ada orang yang nekat naik melewati pembatas untuk mendapatkan foto yang berbeda dengan pengunjung lain.
Taman satu ini merupakan salah satu taman tematik yang cukup mencuri perhatian, selain ornamen-ornamen yang berukuran raksasa, lokasi taman ini juga terletak di kawasann sentral dari kota Bandung yaitu di sekitar Jl. belitung, peresmian taman ini berlangsung cukup meriah dengan menghadirkan para musisi indie kota bandung seperti Pure Saturday, the Milo, Pidi Baiq, hingga band legend Java Jive.

Satu ornamen besar yang cukup menarik perhatian adalah pemain bass raksasa yang terletak tepat di tengah panggung yang disediakan untuk para performers yang tampil di taman ini. serta di sebelahnya terletak pula sebuah ornamen gitar raksasa yang terbuat dari besi-besi bekas yang sekelilingnya terdapat stilasi-stilasi yang (monumen kecil) untuk memperingati para korban meninggal dalam konser metal yang diadakan di gedung AACC (Asia Afrika Culture Centre) beberapa tahun silam, nama-nama para korban tewas diabadikan di bagian atas stilasi tersebut.



Beberapa hal unik lainnya adalah beberapa patung musisi yang terbuat dari rangka besi dan baja, desain patung-patung ini cukup berbeda dan sangat menarik karena bentuknya yang dibuat lentur sehingga jauh dari kesan kaku, dan terlihat seperti orang yang sedang konser sungguhan.


Tak hanya nama belaka, taman musik dapat juga digunakan untuk menggelar konser musik sungguhan, karena adanya panggung yang sengaja didesain untuk mengakomodir event tersebut, namun setelah 1 tahun lebih diresmikan, acara musik yang diselenggarakan disini masih dapat dihitung jari, panggung yang terbuka dan dapat dilihat langsung oleh masyarakat mungkin menjadi alasannya, karena kebanyakan konser musik di Bandung adalah konser musik berbayar, maka taman musik kurang cocok untuk digunakan, karena tanpa membayar tiket masyarakat tetap dapat dengan mudah melihat event di dalamnya dari bagian luar taman, sehingga massa yang datang tidak dapat terkontrol oleh penyelenggara.