Mampir ke Kampung Korea Bandung di Kiara Artha Park

Setelah melewati puluhan purnama, sebuah ruang publik yang saya rasa sekarang menjadi yang terbesar yang pernah dibangun di Bandung sejak era taman-taman hits pada 2013 lalu diperkenalkan dengan nama Kiara Artha Park. Agak terkejut sebenarnya saat mendengar nama ini, karena semula taman ini direncanakan akan bernama Asia Afrika Park. Belakangan baru saya ketahui alasannya, bahwa Kiara Artha Park ini diteruskan pengembangan, dan pengelolaannya kepada pihak swasta. Kalau sedikit lebih jeli, nama Kiara Artha yang melekat padanya pun merupakan tanda dari sebuah perusahaan yang membiayainya.Walaupun secara konsep, jelas taman ini masih mempertahankan tema Asia Afrikanya. Hal ini dapat terlihat dari keberadaan monumen patung dada lima tokoh pencetus KAA (Konferensi Asia Afrika), serta hadirnya Kampung Korea sebagai tempat wisata bertemakan Asia di salah satu sudutnya.
Suasana di Kampung Korea Bandung menjelang malam hari di Kiara Artha Park
Kampung Korea jelas menjadi hal yang paling ditunggu publik, bahkan sejak saat saya masih bekerja di sebuah media pariwisata beberapa tahun lalu. Entah itu kawan dekat, ataupun followers social media dari akun media tersebut, selalu menanyakan hal itu, “min, Kampung Korea teh ada di mana, udah buka belum?”. Postingan Kang Emil yang saat itu masih menjadi walikota menjadi pemicunya. Akhirnya Kampung Korea pun baru resmi dibuka bahkan saat setelah beliau menjabat sebagai Gubernur. Naluri media person yang masih melekat di diri saya kemudian bergejolak, ketika seorang kawan meng-update existensinya di tempat ini via whatsapp story, yang kemudian memicu saya untuk langsung memacu kendaraan ke TKP. Kendati saya bukan K-Lovers, tapi saya tahu persis, kalau ini akan menjadi vitamin yang bagus untuk mem-boosting visitor blog ini, hehe. :p

Baca juga: Roadshow Festival of Light di Kiara Artha Park Bandung, Salah Pilih Kota!
Suasana di Kampung Korea Bandung
Konsep Kampung Korea ini sebetulnya sama dengan Chinatown Bandung. Hanya saja, yaa …, temanya Korea, mulai dari bangunan, souvenir, photo booth, hingga jajanannya. Walaupun untuk jajanan, ada juga menu western, dan hidangan tradisional Indonesia, seperti mie tek-tek. Namun berbeda dengan Chinatown Bandung yang meluas, area Kampung Korea ini dibuat memanjang ke samping, dengan sebuah kolam di sisi utara. Selain menjual makanan dan souvenir, ada juga booth komunitas yang membuka obrolan tentang berbagai hal tentang Korea, termasuk dari segi Bahasa, dan dari segi wisata. Pada masa pembukaannya ini, masuk ke Kampung Korea tidak berbayar. Entah kalau besok lusa. Tapi sebetulnya suasananya tidak jauh berbeda dengan yang dihadirkan oleh Chingu Café jauh-jauh hari sebelumnya.
 
Area Kuliner di Kampung Korea Bandung
Di luar Kampung Korea, sebetulnya Kiara Artha Park ini cukup menarik untuk dijelajahi. Kampung Korea ini mungkin hanya memakan sekitar 2% luas dari tempat ini. Asal jangan sampai ada terlalu banyak pedagang liar yang masuk ke dalamnya, apalagi kalau sampai ada odong-odong ataupun cosplayer. With all due respect, cukup di Alun-Alun Bandung, dan Alun-Alun Cicendo saja yang begitu. Sayang soalnya, tempatnya udah keren. Berasa di Merlion Park Singapore (padahal belum pernah ke sana) lengkap dengan dancing fountain, tapi tanpa patung singanya. Sebagai gantinya, patung dada Bapak Ali Sastroamidjojo bersama empat sobat founder KAA pun sudah keren, kok. Ditambah sebuah monumen tangan besar yang sedang menjabat, yang saya rasa sangat menggambarkan goals dari KAA. Cuma tetap saja, sepertinya publik kita tuh memang masih harus diedukasi soal cara memberlakukan public monument. Karena saya sendiri menjadi saksi mata dan telinga, bagaimana para orang tua yang membawa anaknya kemari memperbolehkan membawa anaknya teterekelan ke atas monumen, hanya untuk berfoto.
Suasana sore di Kiara Artha Park
Hal menarik lain yang bisa dilakukan pengunjung di sini adalah naik sebuah bus wisata mengelilingi Kiara Artha Park yang sangat luas. Bus wisata ini bukan “Bandros” yang biasa dinaiki untuk keliling pusat kota. Rancangannya lebih ramping, dan tak memiliki pintu dan dinding samping, sehingga wajib hukumnya untuk berhati-hati saat mengajak anak mengendarai bus yang satu ini. Tapi kurang lebih vibe design-nya masih terasa sama lah dengan Bandros. Hanya saja saat bus berjalan, ada petugas yang harus nangkel, dan menghalau jalur agar tetap clean dari pengunjung. Rasanya seperti melihat DAMRI zaman kuliah dulu.
Bus wisata di Kiara Artha Park
Kehadiran Kiara Artha Park ini tentu merupakan sebuah hal positif bagi warga dan wisatawan Bandung. Terlebih, area parkirnya pun luas, tidak seperti taman yang sudah-sudah yang kemudian mendorong keberadaan parkir liar. Saya rasa tempat ini pun bisa menjadi ‘rumah’ untuk banyak event besar di Bandung. Namun hal yang perlu diingat, tentu saja soal pengelolaannya. Jangan sampai seperti public space lainnya di Bandung yang kemudian toiletnya tidak ada air, monumennya rusak, dan coretan di mana-mana. Pengunjung, dan pengelola harus sama-sama merawat.
Salah satu monumen di Kiara Artha Park
Patung dada Ali Sastroamidjojo


Kiara Artha Park
Perempatan Jl. Ibrahim Adjie (Kiara Condong) dan Jl. Terusan Jakarta, Bandung.


Jadwal Dancing Fountain:
Senin-Jumat: 18.30 dan 19.30
Sabtu-Minggu: 18.30, 19.30, dan 20.30

0 komentar:

Posting Komentar