“Punten a”, begitu ucap saya saat melewati seorang pemuda
yang mungkin sepantar sedang merokok di depan pintu rumahnya. “Mangga..mangga
kang”, begitu timpal sang pemuda tersebut pertanda memperbolehkan saya melintas.
Tak lama kemudian, saya pun melihat seorang Ibu separuh baya yang sedang
memotong sayur sambil berbincang dengan seseorang di dalam rumah, “punten bu”,
ucap saya kembali seraya memohon maaf karena aktivitasnya sedikit terganggu
dengan keberadaan saya. “Mangga jang”, Ibu tersebut pun membalasnya. Tak jauh
dari keberadaan Ibu tersebut saya pun sudah dapat melihat sekumpulan
bapak-bapak yang terlihat asyik berkumpul sambil berbincang mengenai hasil
pertandingan sepak bola tadi malam. Melihat hal tersebut, saya pun mengambil
ancang-ancang untuk kembali sedikit membungkukan badan untuk mengucapkan
“punten”.
“Punten” adalah istilah dalam Bahasa Sunda untuk
mengungkapkan rasa santun dalam meminta maaf ataupun izin. Punten seringkali
diucapkan saat kita melintas di depan seseorang yang sedang beraktivitas atau
sedikit menghalangi laju jalan.
Pengalaman ini saya alami saat beberapa kali mengunjungi
“Gang 1000 Punten”. Istilah Gang 1000 Punten biasa saya gunakan saat harus
melintasi gang kecil dengan lebar jalan yang hanya cukup untuk satu orang
berjalan di tengahnya. Rumah-rumah yang terletak di dalamnya memaksa sang
penghuni untuk nongkrong di mulut pintu rumahnya sendiri untuk berbincang satu
sama lain dengan tetangganya yang hanya berjarak satu langkah dari tempat ia
tinggal.Tentunya orang-orang yang lalu lalang melintasi depan rumah mereka akan
selalu menyebutkan kata punten (permisi) untuk menunjukkan santun.
Gang semacam ini biasanya terletak di pemukiman padat
penduduk di Kota Bandung ataupun banyak kota besar lainnya di Indonesia yang
bagaikan membentuk labirin yang cukup panjang, sehingga kita harus berkali-kali
menyebut punten saat melintasi kawasan-kawasan tersebut. Maka dari itu lahirlah
julukan gang 1000 punten. Tak jarang bila kita melewati gang-gang ini, kita
mungkin tidak dapat kembali melewati jalan semula dikarenakan banyaknya cabang
jalan yang harus dilewati.
Burung dan jemuran adalah 2 hal yang akan paling banyak kita
temui saat melintasi gang 1000 punten. Sejak sering blusukan ke dalam
kampung-kampung kota saya mulai menyadari bahwa memelihara burung adalah hobi
yang sangat digandrungi oleh warga kampung kota di Indonesia. Penggemar burung
atau banyak yang menjulukinya sebagai “Kicau Mania” rata-rata memiliki 2-3 ekor
burung di rumahnya. Sensasi lain yang saya rasakan adalah saat kepala ditetesi
air dari pakaian yang sedang dijemur di balkon rumah atau bahkan mengalami
wajah yang berdampingan langsung dengan pakaian dalam saat berjalan menyusuri
gang.
Tak jauh dari tempat tinggal saya saat ini terdapat pula
gang sempit yang dapat pula dijuluki
Gang 1000 Punten. Lebih ekstrimnya lagi, gang dekat rumah saya memiliki
kamar mandi yang langsung berbatasan dengan jalan umum dan juga terpisah dengan
rumah. Sehingga saat sang tetangga selesai mandi, kepala yang masih basah dan
badan yang terburu-buru dikeringkan dengan langsung menggunakan pakaian menjadi
salah satu pertunjukkan yang biasa saja dilihat secara umum oleh warga sekitar.