Perang antara supporter sepak bola di Indonesia adalah kebencian yang diwariskan, anak baru lahir 5-8 tahun lalu udah ngerti benci supporter A, ga tau asal mulanya mereka hanya dengan senang hati ikut-ikutan ayah dan teman-temannya, layaknya sebuah agama yang diwariskan ketika lahir.

Foto Ilustrasi


Dan yang paling bahaya saat ini sebenarnya yang provokasi sana sini di social media mau bobotoh atau the jak yang konteksnya sekarang sedang hangat karena berkaitan dengan pelaksanaan final piala presiden di Jakarta, mending provokasinya positif nah yang negatif?

 Jaman sekarang sosial media viral banget, yg liat semua kalangan, nyebar dalam itungan detik, jadi warisan budaya lah buat generasi baru, anak-anak usia 8 tahun belajar ngomong anjing, mati, dan bunuh (dan mereka bangga). Pelaku pengrusakan plat D di Jakarta dan plat B di Bandung yang tertangkap itu usia 12-22 tahun lho, anak SMP, SMA, dan yang tidak bersekolah.

Saat satu kejadian terjadi, yang satu bahas masa lalu dan yang oknum yang berada pada rentang usia di atas mulai panas ingin membalas, karena liat pemberitaan di media elektronik dan cacian langsung di sosial media, sampai kapan? Nunggu masuk usia dewasa dulu baru sadar? Setelah sendirinya sadar tanpa sadar generasi baru pembawa kebencian muncul padahal tau juga kagak, baru juga lahir kemarin sore, udah diajarin kalau sakit itu mesti dibalas, kalau semua pendukung yg itu tuh mesti dibunuh, kalau nyawa yg kemaren mati belum ada gantinya jangan mau damai.

Yang di atas sudah dingin, yang di tengah masih ngomporin, bangga bisa membenci, senang bila satu pihak mati, sementara sang orangtua menangis, mana ada orangtua yang mengajarkan anaknya kesenangan sepak bola berharap supaya nanti anaknya jago lempar batu ke mobil orang, atau ada seorang ibu bilang kepada anaknya "nak suatu saat kamu harus jago berkelahi biar pas nonton bola ga bisa dihajar supporter lain, kalau ada yg lempar batu..lempar lagi pake batu yang lebih gede".
Siapa yang di kotanya ada car free day? Saya rasa di tahun 2015 ini hampir di semua kota besar dan kota suburban di Indonesia sudah menyelenggarakannya rutin mingguan. Bermula pertama kali di Jakarta pada tahun 2001 (sumber : carfreedayindonesia.org) namun bukan event rutin mingguan seperti sekarang, car free day merupakan event tahunan yang ditujukan mengurangi emisi gas di kota-kota besar. Barulah ketika tahun 2009-2010, intensitas car free day makin meningkat dan mulai diikuti kota-kota besar lainnya termasuk Bandung, yang dimulai dari ruas jalan dago yang kemudian diikuti Jalan Merdeka, Jalan Buah Batu dan kini Jalan Asia Afrika. Namun memang dari keempat ruas jalan tersebut CFD Dago adalah car free day yang paling hidup, segala aktivitas tumplek disana, padahal awalnya CFD diadakan sebagai salah satu agenda lingkungan hidup untuk menyadarkan betapa pentingnya mengurangi gas buang emisi dari kendaraan bermotor, maka dari itu saat pertama kalinya diadakan banyak orang yang berbondong-bondong membawa perlengkapan olahraga untuk mengisi ruas jalan yang kosong, dari mulai lari pagi, futsal, badminton sampai bersepeda. 
Ada gula ada semut, makin banyak gulanya, semut-semut mulai berdatangan, ketika minggu-minggu berikutnya CFD diadakan kembali para pedagang mulai ikut meramaikan CFD untuk mendapatkan jatah rezeki yang bisa didapatkan dari pengunjung yang makin hari makin bertambah banyak.
Tak hanya pedagang asongan yang hadir di CFD, para perusahaan besar pun mencium kesempatan yang dapat dihadirkan oleh adanya CFD, karena hanya di CFD Dago perusahaan bisa mendapatkan atensi besar dari masyarakat hanya dalam hitungan jam, dan bisa menimbulkan efek yang masif dengan cara yang efektif. Berbagai aktivitas promosi dan publikasi digelar oleh berbagai perusahaan untuk membuat merek dagang mereka dikenal dan tentunya bisa berefek pada penjualan produk.

Namun, banyaknya pengunjung dan pedagang yang makin lama makin berjubel di CFD melahirkan masalah baru, salah satunya adalah sampah, selalu setelah event car free day berakhir hasilnya meninggalkan banyak sampah yang menambah pekerjaan rumah bagi petugas kebersihan untuk membersihkannya, entah dari kemasan pembungkus jajanan yang dijual disitu maupun dari brosur yang disebar perusahaan dalam rangka publikasi produk dan merek.
Masalah sampah yang hadir mengundang Pak Sariban, seorang relawan lingkungan yang sebenarnya sudah bergerak sukarela membersihkan kota Bandung dari tahun 1980-an untuk hadir secara rutin di CFD untuk menyuarakan bagaimana pentingnya menjaga lingkungan, sehingga menjadikan pak Sariban ini menjadi ikon CFD Dago. Untuk menyebar massa CFD, lokasi pelaksanaan CFD mulai disebar dengan mengadakannya di beberapa daerah seperti buah batu dan jalan merdeka, namun cara tersebut tidak mampu juga untuk menyebar massa, karena masyarakat tetap lebih banyak datang ke CFD Dago, padahal situasi CFD di Dago sudah mengarah ke situasi yang tidak kondusif, orang-orang sudah tidak nyaman untuk berolahraga apalagi bersepeda karena padatnya pengunjung yang datang, belum lagi sempitnya jalan yang disebabkan oleh event yang diselenggarakan perusahaan ataupun sebuah kampanye sosial dari sebuah organisasi.

Tren Car Free Day pun mulai berubah, saat sebelumnya orang datang ke car free day untuk olahraga, kini tujuan warga yang datang lebih kepada jalan-jalan sambil mejeng atau bahkan sudah diniatkan untuk belanja, kalau dulu masih banyak yang datang ke CFD memakai jersey dan celana training, sekarang yang dominan datang ke CFD sudah memakai celana Jeans dan aksesori yang wah.
Memang tujuan awal diselenggarakannya CFD adalah untuk mengurangi emisi gas buang pada kendaraan bermotor yang menurut saya tujuan ini tidak tercapai, karena  tetap saja para penduduk kota datang ke car free day menggunakan transportasi bermotor, termasuk beberapa pesepeda pun datang ke lokasi car free day menggunakan mobil yang kemudian sepedanya diangkut dari dalam mobil, mobil yang tidak dapat melewati jalan utama Ir. H. Djuanda pun tetap dapat berjalan melalui jalan alternatif lainnya, itu berarti hampir tidak ada pengurangan emisi dari gas buang kendaraan bermotor secara signifikan.

Akan tetapi ada juga banyak hal yang CFD sudah banyak ciptakan terutama bagi kota Bandung, sebelum adanya fasilitas dan gerakan taman kota yang digagas Walikota Ridwan Kamil sekarang, Car Free Day telah menjadi sarana bertemunya para penduduk kota untuk dapat beraktivitas apa saja, saling bertegur sapa dan menjadi wadah positif untuk menyuarakan isu sosial yang dapat diketahui warga secara masif, hal-hal yang sebelumnya tidak banyak diketahui oleh masyarakat awam yang lebih sering diam dirumah.

Kota yang sehat adalah kota yang warganya senang untuk beraktivitas di luar rumah, saling berinteraksi, bertukar pikiran secara langsung tanpa terbebani pulsa maupun sinyal ataupun kesenjangan gadget lainnya. Setidaknya ketika penduduk kota datang ke car free day ini mereka meniatkan diri untuk bangun pagi dan sedikitnya menggerakan tubuhnya untuk berjalan kaki di area CFD.
Setidaknya mereka datang ke CFD untuk melakukan transaksi jual beli dengan sistem tawar menawar secara langsung di lokasi, bukan melihat harga pas yang tertera di sebuah layar HP ataupun monitor ukuran 14 inchi.
Setidaknya anak-anak dapat bermain berlarian sesuka hati tanpa harus khawatir memecahkan barang pecah belah ataupun mengurung diri seharian di kamar yang membuat tagihan listrik dan internet menjadi membengkak di akhir bulan.

Saya mulai rutin datang ke car free day sejak tahun 2012, saya pun termasuk salah seorang yang pernah sedikitnya mencoba merasakan mendapat rezeki dari berjualan bersama salah seorang teman disini, tak terlalu banyak biaya yang harus dikeluarkan saat berjualan di CFD Dago ini, sedikitnya cukup dengan membayar uang kebersihan sebesar 6000 rupiah dan sebungkus rokok untuk Satpam toko atau kantor yang teras depannya kita gunakan untuk berjualan, untuk sistem di 2015 entah seperti apa dan harga yang harus dibayarnya berapa.

CFD tak hanya memiliki fungsi secara ekonomi dan sosial, namun di Bandung dari
pengalaman yang saya rasakan sendiri, Car Free Day menjadi tonggak lahir dan berkembangnya komunitas-komunitas kreatif di Bandung, hal ini baru saya sadari ketika saya dan komunitas mengikuti ajang festival berkumpulnya para komunitas di Bandung, saat saya bertanya satu persatu kepada para anggota dan komunitasnya, komunitas mereka rata-rata baru berdiri setelah tahun 2010 dan setidaknya mereka pernah melakukan kegiatan di car free day Dago Bandung ini minimal sekali, entah itu komunitas fotografi atau menggambar yang menyelenggarakan hunting atau pameran di CFD, ada juga komunitas street dance, skater, cosplay yang unjuk
kebolehan sampai komunitas pecinta hewan peliharaan seperti reptile dan musang yang cukup sering mengadakan gathering di taman cikapayang saat CFD.
Lalu kenapa berkembangnya di CFD? Hal ini tak lepas dari kebiasaan warga kota yang sejak awal diadakannya CFD, membawa masing-masing hal dan aktivitas yang mereka senangi ke CFD, saat mereka bertemu dengan orang yang memiliki hobi yang sama disitulah mulai timbul perkenalan dan pembicaraan dan tercetuslah sebuah ide untuk berkreasi. Tak hanya itu CFD yang memiliki wilayah yang luasnya memadai serta massa yang sangat banyak menjadi arena tersendiri untuk komunitas sebagai wadah unjuk kebolehan dan bakat yang mereka miliki, serta menjadi ajang perekrutan anggota baru.
Bakat dan kreativitas yang para komunitas miliki ini tidak hanya sebagai ajang pamer atau penyaluran bakat, namun juga sebagai ajang presentasi kepada publik dan pihak komersial agar dapat dilirik dalam suatu kerjasama komersial, tentunya hal yang paling menyenangkan itu saat kita melakukan apa yang kita senangi dan kita dibayar untuk itu. Seperti sebuah merek cat tembok yang pernah menggaet komunitas dance dan graffiti ataupun sebuah perusahaan provider yang mensponsori sebuah
event hunting komunitas fotografi. Semakin banyak anggota dalam komunitas  maka semakin besar nilai komunitas tersebut di mata perusahaan, apalagi bila komunitasnya memiliki massa yang besar juga di akun sosial media, hal ini akan memudahkan perusahaan menarik massa saat akan mengadakan sebuah event dalam rangka meningkatkan penjualan produk mereka, begitupun sebaliknya komunitas memiliki sebuah daya tarik untuk anggota baru saat memiliki banyak agenda event-event bergengsi dengan sebuah nama brand di dalamnya.

Adanya CFD ini makin memicu kreativitas anak muda Bandung untuk berkreasi dan menggeser tren ekstrakurikuler di sekolah. Jaman saya bersekolah dulu, saya dihadapkan oleh pilihan terbatas yang dimiliki sekolah untuk kegiatan ekstrakurikuler, pilihan yang ada tidak jauh dari PMR, Pramuka, klub olahraga dan beladiri. Saya masih ingat seorang teman yang memiliki ketertarikan berkreasi di bidang tari, ia mengajukan proposal permohonan pendirian ekstrakurikuler break dance pada pihak kesiswaan sekolah yang sampai ketika ia lulus dari sekolah, proposal tersebut tidak pernah disetujui karena dianggap akan menambah beban biaya sekolah serta membawa pengaruh asing yang kurang baik ke lingkungan sekolah. Nah anak muda jaman sekarang daripada repot-repot mengajukan pendirian ekstrakurikuler di sekolah, lebih baik mereka buat sebuah komunitas, dengan viralnya sosial media jaman sekarang, sangatlah mudah untuk mendapatkan massa untuk anggota selama memiliki karya yang unik dan berkualitas, apalagi skala jaringannya akan jauh lebih besar dari skala sekolahan, skalanya sudah skala sebuah kota bahkan bisa menjaring skala nasional berikutnya.


Eitss.. ini bukan artikel soal politik yaa..
Terus apaan bisnis jual isu..yaa buat sebuah isu untuk diperbincangkan masyarakat agar produk sebuah brand terjual..
Indonesia mah ga jauh da..penduduknya sangat senang dan dekat dengan gosip, mau ibu-ibu di pasar, bapak-bapak di warung kopi atau para netizen di social media, makanya metode marketing word of mouth  adalah metode pemasaran yang masih sangat ampuh di Indonesia, apalagi sebuah isu produk sudah dapat masuk ke social media, produk itu akan menjadi sesuatu yang viral di Indonesia, ketika isu itu sebuah hal yang menarik semua karyawan perusahaan tinggal gulirkan isu tersebut misal di path, ketika contentnya unik atau lucu, teman-temanya pada repath semua, save picture, posting di instagram connecting to twitter & Facebook, posting di home LINE, posting di Grup chat,  dijadikan DP di BBM, temen dari temennya karyawan liat copas DP dan posting di seluruh social media tadi dan seterusnya.

Saya sendiri pernah mencobanya, saya punya penghasilan sampingan dari jasa pembuatan gambar WPAP (Wedha's Pop Art Portrait) yang sekarang sedang ngetrend gara-gara jenis pop art itu dipakai sebagai metode publikasi pada peringatan KAA ke 60 di bulan April 2015 silam, bahkan beberapa hiasan WPAP tokoh KAA masih menghiasi jalan Asia Afrika-Cikapundung Bandung dan menjadi ajang wisatawan untuk berfoto selfie disana. Nah saya tahu dari jauh hari bahwa tanggal 25 September kota Bandung akan berulang tahun yang ke 205, dan saya juga tahu di social media jaman sekarang, para netizen terutama yang berasal dari kota Bandung sejak adanya akun social media @infobdg gemar memposting sesuatu yang sifatnya social up to date, jauh dari jaman dahulu yang bahkan warga Bandung tidak tahu hari berdirinya kota sendiri. Saya pun mulai memilah tokoh-tokoh yang cukup jadi ikon kota Bandung saat ini, tentunya walikota Ridwan Kamil menjadi pilihan utama, lalu kemudian Pidi Baiq dan Atep sebagai ikon Persib Bandung, tak lupa Pak Sariban seorang relawan lingkungan yang sekarang mulai naik ke media elektronik, dan malah sekarang di endorse salah satu brand air mineral ternama di ikut sertakan dalam proyek saya, ia pun populer juga di dunia maya karena banyak blogger yang mengulas mengenai dirinya di situs mereka.

Design ini saya sengaja buat berbentuk square (1x1) karena jaman sekarang semuanya mengarah pada bentuk seperti ini, karena orang akan lebih mudah dan tertarik untuk share, Instagram, BBM, dan profile picture lainnya dibuat seperti itu. Makanya bia anda ingin menyelenggarakan sebuah event amat sangat dianjurkan untuk membuat poster publikasi dalam bentuk kotak sama sisi.
Pagi hari tanggal 25 September langsung saya posting ini di berbagai social media yang saya miliki, kenapa pagi? karena kebiasaan orang jaman sekarang ketika bangun pagi adalah membuka smartphone, dan membuka all social media yang dimiliki Facebook, Path, Twitter, Line dan BBM.
Saya tinggal mandi dan bersiap untuk pergi kerja, sudah banyak teman saya yang "loved" dan ada yang repath, Instagram sudah mencapai 30 likes dan ada yang regram termasuk salah satu tokoh yang saya buat WPAP wajahnya yaitu Atep yang sudah memiliki 30ribuan followers, memang social media yang paling viral itu instagram, karena total dalam 1 hariuntuk ukuran saya yang followersnya sedikit, gambar saya mencapai rekor likes (ukuran saya) sebanyak 269 likes, foto biasa aja paling banyak 20-40 likes, artinya banyak orang yang setidaknya melihat hasil karya saya dan dengan baik hatinya me-repost karya saya (maka dari itu saya buat watermark di dalam gambar, karena saking viralnya penyebaran desain saya, ada beberapa orang yang repost tapi tidak give credit ke saya sebagai pembuat, termasuk beberapa merek dagang sebuah produk di Bandung.

Yak, sebuah gambar dengan bentuk resolusi square akan bisa dimanfaatkan dengan baik oleh sebuah produk atau merek karena memiliki share rating yang lebih tinggi karena social media supported, baik itu gambar cantik dengan sebuah quote yang "ngena" di dalamnya ataupun sebuah meme-meme kocak.

Saya rasa sekarang semua tahu dengan Go-Jek, ya jasa transportasi ojek dengan inovasi online, tapi pernahkah anda sadar bahwa Go-Jek saat ini marak digunakan tentunya sebagian karena harga promonya saat ini dan satu lagi karena sedang trend, saat ini masyarakat ketika menggunakan dan memakai sesuatu yang trend akan menaikkan gengsi sosial, cerita langsung dari teman-teman saya yang sudah menggunakan kadang mereka sebenarnya sedang ga butuh-butuh banget go-jek, toh mereka juga punya kendaraan, tapi demi update di social media masing-masing bahwa akhirnya mereka menggunakan Go-jek maka jadilah Go-Jek sesuatu yang viral di masyarakat apalagi dengan sebuah isu yang dilempar oleh Go-jek sendiri lewat meme-meme kreatif serta story broadcast yang kocak untuk menjadi suatu bahan update-an para  pelaku media social.

Hal ini juga dilakukan oleh brand jadul kong ghuan di saat bulan Ramadhan, mungkin yang dibuat oleh KongGhuan cuma satu meme, tapi dasar kreatifnya netizen jaman sekarang, hanya dalam sekejap gambar kong ghuan ini memiliki belasan versi cerita tentang sang ayah yang tidak hadir di gambar meja makan di kemasan biskuit KongGhuan.

Inilah yang disebut marketing yang viral, disebut viral karena kata viral merupakan asal kata dari virus yang ibaratnya sangat mudah menyebar. Kenapa gambar lebih mudah menyebar, karena trend socmed jaman sekarang, orang lebih menyenangi sesuatu yang bersifat visual, makanya Instagram saat ini menjadi primadona para pelaku bisnis online, karena memang dengan postingan yang sifatnya visual akan membantu orang untuk melakukan keputusan pembelian lebih cepat apalagi dengan pemilihan hashtag yang tepat yang membuat foto dari produk/merek tersebut dapat tersebar dengan cepat. Makanya produk dessert Taiwan seperti mangkok manis, moco moco, dll yang cukup ramai warna dan bentuknya menjadi sangat digandrungi karena menarik untuk difoto dan diupload di social media, ada kalanya sekarang produk makanan tuh bukan hanya enak yang bisa laku tuh..tapi juga bagus difoto.

Seiring dengan melesatnya Instagram sebagai alat bisnis online utama, trend penggunaan twitter sebagai alat penjualan sudah tak sebagus dulu. Pernah membandingkan timeline twitter tahun 2012-2013 dengan timeline 2015? Ya..saat saya pribadi membuka timeline twitter di suatu waktu, saya sudah hampir tidak dapat menemukan akun pribadi pada timeline kecuali akun seorang selebtweet (yang memang cari duit disana) dan akun publik yang sifatnya informatif, adapun akun pribadi yang update adalah updatean via path atau instagram, nah kalo soal complaint twitter masih menjadi rajanya, saat kecewa terhadap produk/pelayanan suatu produk, twitterlah yang dijadikan sebagai ajang bulan-bulanan, disitulah peran customer service online sangat dibutuhkan.

Selain gambar yang lebih mudah di share, produk itu sendiri tetap dapat menjadi suatu yang viral ketika produk itu sendiri unik dan menarik sehingga memberi kesan tersendiri bagi yang mencobanya, dan dengan senang hati membicarakannya dan merekomendasikannya kepada kerabat dan teman-temannya. Misalkan saat ada kemunculan kue cubit green tea dan burger yang berwarna hitam besar, ataupun juga kesan yang didapatkan ketika mendapat pelayanan lebih dari suatu maskapai penerbangan atau restoran.

Ya bila ingin produk anda cepat diketahuiorang..buatlah sebuah isu yang membuat orang dengan senang hati menyebarkannya, ini promosi hemat efektif lho, yang mahal?? idenya tuh yang mahal.


<span data-iblogmarket-verification="seejDz~UbEAq" style="display: none;"></span> 

Sumber Hidangan "Sunshine Bread" atau dulu saat jaman Penjajahan Belanda dikenal dengan nama Het Snoephuis adalah sebuah toko roti yang terkenal legendaris karena sudah berdiri sejak tahun 1929 di Jl. Braga Kota Bandung. Nama sebelumnya yaitu Het Snoephuis sendiri memiliki arti Rumah manis. Memang agak sulit menemukan toko roti ini karena tidak terdapat plank nama toko yang terpasang di luar, serta fisik toko yang terhalang oleh para pelukis jalanan yang memajang karyanya.

Tak disangka juga setelah saya masuk ke dalam area sumber hidangan, toko ini cukup luas juga, dan memiliki display yang besar. Karena sebelumnya saya mengenal sebuah toko roti legendaris lainnya yaitu toko roti Sidodadi di jalan Otista yang tergolong kecil dan sempit, benar-benar hanya sebuah toko untuk membeli produk roti saja. Sumber Hidangan memiliki koridor jalan yang lebar dan setengah area lainnya yang dapat dipakai menyantap hidangan khas dari toko ini, cukup banyak meja dan kursi yang dapat masuk ke dalamnya sehingga para wisatawan cukup leluasa berkunjung disini, walaupun toko roti ini terhalang oleh display bertumpuk dari pelukis jalanan Braga, namun ternyata banyak juga turis lokal ataupun mancanegara yang datang kemari karena ternyata nama sumber hidangan cukup populer di dunia maya, sudah banyak sekali blog yang membahas mengenai tempat ini, entah postingan saya ini sudah masuk urutan ke berapa di google. Bahkan
sebenarnya saya sendiri yang notabenenya merupakan warga Bandung asli baru mendengar nama toko ini 3 bulan yang lalu dari salah seorang teman saya yang berkunjung dari malang untuk mencari lokasi toko ini.

Daya tarik lain dari toko ini adalah arsitektur dan interior toko yang berkesan vintage karena masih mempertahankan desain dan gaya lama yang sangat jadul, dekorasi foto hitam putih dan meja kursi yang khas pun tampak menghiasi toko ini.Apalagi untuk ukuran tempat makan di jaman sekarang tuh segala sesuatunya harus selfieable, yang artinya tempatnya asyik buat selfie dan di update di socmed, dan saya rasa sumber hidangan sudah masuk kriteria tersebut.

Sebuah meja kasir besar dan lengkap beserta mesin kasir raksasanya menjadi sesuatu yang cukup ikonik di sumber hidangan ini, pernah nonton film Warkop DKI yang adegannya di sebuah hotel (saya lupa judulnya), ya perabot dan interiornya mengingatkan saya pada film tersebut.

Memang toko sumber hidangan ini berniat untuk mempertahankan khas klasiknya, namun sedikit catatan juga setidaknya langit-langit yang terkelupas perlu banyak perbaikan. Jarak dari lantai dan langit-langit toko juga terbentang cukup jauh, sehingga kesan luas dari bangunan makin terasa.
Dan tentunya satu hal yang terkenal dari toko roti ini adalah rasa dan bentuk roti tersebut yang tak hanya enak tapi juga unik, beberapa jenis roti memang cukup familiar seperti croissant, dan roti corong dengan fla. Namun kebanyakan roti dan cake disini saya sendiri baru pertama kali melihat dan mencicipinya, tak kalah dengan roti-roti yang sekarang banyak dijual di mall, roti dan cake disini memiliki rasa manis yang unik yang saya rasa bahkan tidak bisa diciptakan oleh merek-merek roti mall tersebut. Pembungkus roti yang menggunakan kertas pun menjadi point yang memperkuat citra klasik pada roti dan cake sumber hidangan. Di sini juga kita dapat membeli beberapa makanan pendamping yang juga nikmat, salah satunya sorbet, yang tidak banyak orang tahu merupakan asal mula es krim yang bentuknya masih tradisional dan lebih homemade.
Konon memang bentuk dan rasa yang dibuat di Sumber Hidangan ini masih sangat orisinil mengambil dari resep para bangsa asing yang pernah singgah di Indonesia.

Kabar lain yang beredar, bahwa toko ini akan tutup dalam beberapa tahun ke depan karena tidak dapat mempertahankan omzet dan kalah bersaing dari produk roti modern, tentunya saya berharap toko sumber hidangan ini akan terus beroperasi, karena saya rasa resep yang dimiliki toko ini benar-benar the one and only.