Mawar dan Kopi Bahagia

Ini kisah  tentang mawar, bukan setangkai bunga, bukan pula seorang wanita. Mawar adalah singkatan unik dari nama sahabat saya semasa kuliah Mohamad Anwar. Pria ini mengaku memiliki nama panggilan Fani saat sesi perkenalan di acara masa orientasi kampus, entah dari mana kaitan nama Fani dan Anwar, saya pun tak pernah tau sampai sekarang.


Mawar asli dari Cirebon, dan baru pertama kali menginjakkan kaki di tanah priangan Kota Bandung tepat 11 tahun silam setelah berhasil masuk kuliah lewat jalur PMDK. Yang paling saya ingat selama masa perkuliahan adalah sepedanya, setidaknya ia satu-satunya yang saya ingat secara konsisten melakukan bike to college selama 4 tahun setiap berangkat dan pulang kuliah. Selama perkuliahan ia tinggal di kediaman pamannya di daerah Baros, Cimahi. Dan setiap perjalanan yang ia tempuh dari Baros ke kampus kami di daerah Ledeng, Bandung, membutuhkan waktu sekitar 4 jam! Tentunya begitupun sebaliknya saat harus pulang dari kampus ke rumah pamannya. 

Di perkuliahan ia akhirnya menemukan apa yang menjadi kegemarannya, yaitu mendaki gunung dan menikmati kopi. Puncak-puncak gunung di Jawa Barat telah ia habisi dengan lahap hanya dalam beberapa tahun. Secangkir ramuan Kopi Bahagia yang ia temukan pun selalu menjadi bahan perbincangan tiap kali bersenda gurau di sebuah grup chat.

Kopi Bahagia, sebuah ramuan kopi hasil ciptaannya yang memang membuat orang tersenyum saat meminumnya. Mengapa? Karena nyaris tak ada rasa pahit ataupun manis pada kopi yang ia buat, dengan kata lain, hambar. Tentu saja, bagaimana kopi tersebut tak terasa hambar, kopi yang sudah tersisa ampas ia seduh kembali dengan air secangkir penuh. Tak perlu tanya kembali bagaimana rasanya, yang jelas membuat orang tersenyum geli saat meminumnya, itu mengapa kopi yang ia buat dinamakan kopi bahagia.

Mawar pribadi yang keras namun tak ada duanya di dunia. Dengan lantang ia menyerukan akan berpoligami di usianya yang menginjak 20 tahun dengan alasan satu orang istri tak akan sanggup mengurusnya dan ia mengatakannya dengan nada sangat serius, walaupun sampai saat ini ia masih bergabung dalam klub bujang bersama saya di lingkungan teman-teman seangkatan jurusan.

Untuk memenuhi kegemarannya menyeruput kopi dan naik gunung secara berkala, ia tak pernah meminta apapun dari keluarganya di Cirebon atau pamannya di Cimahi. Setiap hari ia membawa beberapa bungkus rokok dan cemilan Gery Chocolatos dan Richeese Nabati untuk dijual kepada teman-teman sekelas. Dagangan Mawar laku keras karena di kelas kami cukup banyak yang merokok saat jeda perkuliahan atau sambil menunggu dosen memasuki kelas. Dan ketika perkuliahan berlangsung tak jarang ada yang memanggil namanya dari kejauhan atau melalui pesan estafet untuk membeli cemilan yang dijual Mawar. Karena bisnis yang ditekuninya ini, ia kerap dipanggil Anwar Chocolatos. Tak salah pula ia dijuluki Anwar Chocolatos, tanpa bermaksud untuk rasis, kulitnya yang gelap sangat mendukung panggilan demikian, bahkan ia menjuluki dirinya sendiri sebagai Anwar “The Black Rose”, atau Anwar Mawar Hitam.

Saat masa keemasan Friendster mulai runtuh digantikan Facebook dan Twitter, Mawar tak mau ketinggalan ia pun mulai beraksi di dunia maya dengan segala keunikan natural yang benar-benar tak ia buat-buat dengan spontan saja tanpa rasa menginginkan eksistensi. Tak lama muncullah sebuah akun dengan nama “Ducati Blancapada kolom friend request yang membuat saya berandai-andai mengenai siapa gerangan yang menggunakan nama seaneh itu di Facebook. Setelah mengamati foto profil yang terpajang, akhirnya saya tau bahwa dialah Mawar. Tak hanya Facebook, Mawar pun memiliki dua akun twitter yang keduanya menggunakan nama akun yang tak bisa ditebak, @bangsawan05 dan @nagatunggal. Entah apa alasan ia membuat sampai dua akun, yang keduanya tak memiliki perbedaan fungsi, yaitu untuk menyampaikan cara pandang dan gagasannya yang liar. Kadang ia berbicara sampai berpuluh-puluh tweet yang ia nomori tentang pemerintah, kadang ia juga dapat berkicau soal kalimat-kalimat bijak yang butuh beberapa menit untuk mencernanya, tapi inilah Mawar, penuh orisinalitas dan sumpah ia orang langka yang saya temui sepanjang hidup ini.

Mawar yang berkarakter, Mawar yang lugas saat berbicara menjadi sosok nyentrik yang tak mudah dilupakan oleh seluruh teman seangkatan. Kawan-kawan yang mendapat tugas presentasi akan mulai harap-harap cemas saat melihat Mawar mengangkat tangannya pada sesi pertanyaan. karena hampir dipastikan ia akan melempar pertanyaan yang tak pernah dibayangkan orang. 

Selain nama Fani, Mawar Hitam, Nagatunggal, Bangsawan 05 dan Ducati Blanca, Mawar juga memberi julukan pada dirinya sendiri Pangeran Kegelapan dan kadang Panglima. Bersama saya dan beberapa teman-teman lain kami tergabung dalam Black Monarchy. Black Monarchy bukan sebuah geng motor, bukan juga ormas apalagi kelompok aliran agama sesat, dasar penamaan tersebut berdasarkan kawan-kawan seangkatan yang berkulit gelap. Sedikit rasis memang, tapi tak ada yang tersinggung karena ini hanya sebatas candaan, saya dan Mawar pun otomatis bergabung dengan  Black Monarchy hanya karena kulit putih kami sedikit lebih tua dibanding kawan-kawan lainnya. Dan di Black Monarchy inilah ia memperoleh jabatan Panglima sekaligus Pangeran Kegelapan.

Enam tahun lebih kami bersama-sama telah lulus dari almamater yang mempertemukan kami di bangku kuliah, pertemuan kami setelahnya dapat dihitung oleh jari. Mawar yang bekerja di sebuah Bank di Cirebon selama kurang lebih 4 tahun cukup jarang berkunjung ke Bandung dan bertemu dengan kami yang berdomisili dan bekerja di Bandung. Mawar sebenarnya sempat bekerja di Bandung selama kurang dari setahun yang kemudian entah bagaimana cerita lengkapnya, kini ia terlempar ke sebuah kota di Saudi Arabia bernama Dammam. Dan karena teritori yang dekat tanah suci Mekkah, ia pun sudah berkesempatan untuk beribadah umrah 2 bulan lalu. Melihat foto dirinya di tanah suci Mekkah diunggah di Facebook, saya dan kawan-kawan sangat bahagia melihat bagaimana perjuangan dan kerja kerasnya sedari kuliah bisa mengantarkannya umrah. Kini kepalanya plontos dan membuat wajahnya sangat mirip dengan Mehcad Brooks, aktor yang memerankan Jimmy Olsen di film serial Supergirl.

Walau lama tak bertemu muka, kini kami secara rutin berkomunikasi lewat media grup chat. Dan selalu saat ia muncul di grup, perkataan kami yang di Indonesia selalu sama kepada Mawar, “kangen kopi bahagianya Anwar”.

0 komentar:

Posting Komentar