Nuhun Mah

7 Juli 2016, sama seperti tanggal 7 Juli di tahun-tahun sebelumnya, sebuah kue bolu saya sodorkan di meja untuk Ibu saya saat beliau menonton televisi sebagai salah satu peringatan hari Ulang Tahun Ibu Saya. Salah satu? Iya satu, karena Ibu saya ini selalu memperingati ulang tahunnya pada tanggal 7 Juli tahun masehi dan tanggal 1 Muharram tahun Hijiriyah yang memang 58 tahun lalu saat Ibu saya lahir, kedua tanggal tersebut bertepatan.



7 Juli yang sama seperti tahun-tahun sebelumnya, hanya saja hari ini bertepatan dengan Hari Raya Idul Fitri hari kedua. Seperti biasa saya sengaja berkeliling mencari toko kue yang kebetulan agak sulit karena kebanyakan toko masih tutup karena libur lebaran.

7 Juli yang sama karena entah sejak tanggal 7 Juli tahun kapan. Saya tak dapat mengucapkan dengan lantang ucapan selamat ulang tahun kepada Ibu. Lidah saya kelu, suara tak mampu keluar, hanya ucapan “mah ieu mah” dan menyodorkan kue kemudian beranjak pergi. 

7 Juli yang sama, bersyukur Ibu saya tidak pernah meminta banyak termasuk mendorong saya untuk menikah secepatnya seperti cerita kawan-kawan saya tentang orangtuanya. Beliau tau saya sambil belajar adaptasi menjadi tulang punggung keluarga setelah Ayah tak bekerja dan adik yang masih harus bersekolah.

7 Juli yang sama, ingat bahwa usia saya makin dekat angka tiga puluh dan Ibu makin dekat angka enam puluh, dan saya masih biarkan ibu mengurus rumah tangga.

7 Juli yang sama, mata sedikit berkaca-kaca dan memalingkan muka tanda tak bisa berkata. Sedikit bercampur amarah karena beranjak tahun ke-6 setelah mendapat toga, tak bisa berbuat banyak untuk keluarga.

7 Juli yang sama, do’a ulang tahun yang sama dari Ibunda. “Sing sukses, sing dilancarkeun sagalana, sing aya rejekina”.

7 Juli 2016, do’a saya untuk Ibunda   Sing sehat  mah..nuhun sagalana”, terimakasih sudah terima saya apa adanya, terimakasih masih ada untuk saya dan sabar menunggu.

0 komentar:

Posting Komentar