Bedanya Nonton Film “Ghost” Dulu dan Sekarang


“Ghost” adalah salah satu film drama yang saya tonton semasa kecil yang sangat berkenang. Bagaimana tidak, saat itu rambut pendek ala Molly Jensen yang diperankan Demi Moore di film tersebut menjadi sebuah trend di kalangan wanita. Semua wanita yang saat itu mencukur rambutnya pendek seperti lelaki selalu dijuluki Demi Moore, tak terkecuali Ibu saya. Selain itu, “Unchained Melody” dari Righteous Brother yang menjadi soundtrack film ini menjadi salah satu lagu evergreen terbaik di dunia. Tanpa sadar, setiap mendengar lirik “oooh…my love…my darling” mengalun, saat itu pula bayangan Molly Jensen yang sedang mengulen tanah liat sambil dipeluk Sam Wheat yang diperankan Patrick Swayze dari belakang melintas di kepala, yang kemudian mendorong saya untuk menonton film ini kembali. Padahal kalau mampir ke sentra keramik di Kircon mah, da bikin pot bunga teh teu kitu, tidak seindah adegan mereka bikin keramik.
Photo courtesy: Paramount Pictures
Di samping adegan nyo’o tanah liat ala “Ghost”, adegan yang sebetulnya paling saya ingat adalah saat Sam yang sudah menjadi hantu, mulai berlatih untuk dapat menyentuh benda mati di sekitarnya, agar bisa berkomunikasi dengan Molly. Adegan tersebut terasa lebih memorable bagi anak kecil seperti saya dulu, karena mungkin ada faktor fiksi yang memainkan imajinasi saya saat itu. Tentang kehidupan sesudah mati, tentang berkomunikasi dengan makhluk ghoib, dan tentang hantu luar negeri yang memiliki rupa tidak seperti pocong di sinetron Misteri ANTV. Dari situ pula saya menyadari kalau di Amerika sudah ada MRT sejak berpuluh-puluh tahun silam.

Lain dulu, lain pula sekarang. Saat saya menonton film ini kembali beberapa waktu lalu, ada banyak pengalaman baru yang saya rasakan. Contohnya saja kehadiran Whoopie Goldberg yang ternyata sangat memberikan warna pada film ini. Gayanya sebagai penipu ulung yang berpura-pura jadi dukun yang belakangan kemudian benar-benar bisa berinteraksi dengan hantu Sam Wheat menjadi daya tarik. Lalu ada juga adegan konyol saat ia yang bertemu biarawati di jalan menjadi sebuah adegan pengingat bahwa ia dulu pernah sangat populer berkat aktingnya di dua film Sister Act. Walaupun sebetulnya, film Ghost ini lebih dulu rilis. Jadi adegan ia dengan biarawati dengan film ini bukanlah merupakan easter egg yang disisipkan sang sutradara.

Pada masanya, Ghost memiliki jalan cerita terbaik dan karakter-karakter unik untuk kategori film drama Hollywood. Mungkin beberapa film segenerasi yang posisinya cukup kuat hanya Pretty Woman, My Girl, dan The Bodyguard. Keempat film tersebut punya banyak adegan memorable yang masih bisa saya recall di kepala hingga saat ini. Dari daftar tersebut, selain Ghost saya akan merekomendasikan “My Girl”. Berbeda dengan film drama Hollywood kebanyakan, film ini menyeritakan kisah drama percintaan yang dibintangi aktor cilik yang sedang naik daun kala itu, yakni Macaulay Culkin, sehingga membuat film ini menarik perhatian segmen anak-anak. Adegan yang paling diingat dari film ini adalah saat karakter yang diperankan oleh Culkin (lupa nama tokohnya) disengat lebah. Karena adegan tersebut merupakan salah satu adegan kunci yang menentukan alur ceritanya.

Anyway, setelah saya menonton film Ghost, saya mulai tertarik mencoba menonton film Patrick Swayze lainnya. Mungkin karena saat saya mulai beranjak remaja, sosok aktor yang satu ini mulai jarang kelihatan di film-film ternama, bahkan hingga ajal menjemputnya pada tahun 2009. Dirty Dancing tentu menjadi pilihan utama saya. Judul film ini cukup sering disebut-sebut, bahkan di dalam banyak adegan film-film yang dirilis baru. Namun ternyata, saya kurang begitu menyukainya. Mungkin karena film ini cukup monoton dengan adegannya yang terlalu drama. Tapi bagi segmen perempuan pengemar Patrick Swayze dijamin akan menyukai film ini. Kalau boleh memilih film bertemakan tarian, saya lebih menyukai Black Swan ketimbang film ini. Sama halnya dengan Swayze, Demi Moore pun menghilang cukup lama dari film-film berkualitas sampai Ia menikah dengan Ashton Kutcher. Tapi sebelumnya, ia sempat menarik perhatian dengan penampilan plontosnya di film G. I. Jane. Dan lagi-lagi rambutnya lah yang kemudian menjadi fokus perbincangan publik. Langkah yang dilakukannya cukup berani pada masa itu. Mungkin kalau zaman sekarang seperti Christian Bale yang gemar menaik-turunkan berat badannya demi sebuah peran.

Teruntuk millennials yang belum nonton film “Ghost”, cobalah untuk menontonnya, sekaligus dengan beberapa judul film yang saya sebutkan di atas. Di samping memang masih payah secara visual, tapi ceritanya sangat menarik untuk disaksikan.

0 komentar:

Posting Komentar