Arti dari Secangkir Kopi Jujur, Kopi Asli Tanpa Campuran Essen

“Secangkir kopi lebih jujur darimu. Ia pahit tanpa menyembunyikan pahitnya. Ia hitam tanpa malu mengakui warnanya.” Begitu bunyi kalimat yang dituliskan Dewi Lestari dalam salah satu karya populernya, yakni Filosofi Kopi. Hingga melewati lebih dari satu dekade sejak diterbitkan, kutipan-kutipan ini kemudian bisa dengan mudah dijumpai penggunaannya pada banyak caption foto di media sosial. Entah dengan memberikan kredit pada si empunya, atau kemudian dibiarkan kosong tak bertuan. Seolah si pengunggah foto yang kemudian menjadi pemiliknya.


Kopi Jujur, Kopi Asli Tanpa Tambahan Essen
Bagi saya, pilihan kata penulis yang juga dikenal dengan nama pena “Dee” tersebut sangatlah menarik. Ia menyandingkan kopi dengan sebuah elemen sifat yang kian hari kian hilang keberadaannya dalam diri makhluk Tuhan bernama manusia. Kata “jujur” di sini menjadi lebih berarti karena menunjukan kualitas dari sebuah kopi yang berani tampil apa adanya. Hal inilah yang kemudian memunculkan istilah “kopi jujur”, yakni kopi asli tanpa tambahan essen.

Kopi Jujur vs Essen
Essen atau essence dalam konteks pembuatan kopi adalah ekstrak bahan makanan yang akan memberikan aroma baru terhadap kopi yang dibubuhkannya. Adakalanya, essen tertentu bahkan bisa mengubah warna. Hal inilah yang lalu dapat merusak orisinalitas dari kopi jujur. Padahal, selain dari segi rasa, aspek aroma merupakan sisi untuk menilai kualitas dari sebuah produk kopi yang dijual. Aroma juga merupakan identitas yang membedakan produk kopi yang satu dengan yang lainnya. Baik dari sisi asal daerahnya, hingga dari kualitas prosesnya.

Indonesia memiliki 31 lokasi geografis penghasil kopi yang masing-masing hasil produksi kopinya memiliki ciri khas yang berbeda-beda. Bayangkan saja, bila kemudian keragaman identitas karakter aroma kopi yang dimiliki tiap daerahnya harus tunduk oleh keegoisan penggunaan essen, maka lenyap pula keistimewaan dan kejujuran di setiap kopinya.

Sejarah Kopi Indonesia
Bertenggernya Indonesia di posisi lima besar negara pengekspor kopi terbesar dunia saat ini, tak lepas dari sejarah panjang yang bermula dari masa pemerintahan kolonial Belanda pada penghujung abad ke-17.

Belanda yang saat itu tengah menduduki Indonesia, kemudian membawa kopi dari India ke pulau Jawa untuk dikembangkan. Karakter tanah Indonesia yang kalau kata Koes Plus “tongkat kayu dan batu jadi tanaman” ini sukses memuluskan niat para meneer untuk membudidayakannya ke berbagai perkebunan yang ada di penjuru Nusantara. Tanpa membutuhkan waktu lama, kopi-kopi Indonesia ini sudah dapat dijumpai di pasar-pasar yang tersebar di Benua Eropa dan Amerika. Prestasi tersebut pun bertahan, dan terus berkembang, hingga negara kita ini mendapat julukan “surga kopi dunia”.

Kopi dan Budaya
Siapa sangka? Buah berry yang dimakan seekor kambing gembala di Ethiopia, kini menjadi sebuah salah satu komoditas besar pasar dunia ribuan tahun kemudian. Kisah yang lalu diteruskan hingga sampai ke telinga kita yang berjarak tiga milenium ini, kini dikenal sebagai sejarah asal mula kopi.

Tiga ribu tahun memang rentang waktu yang cukup lama untuk sebuah peradaban tumbuh dan berkembang. Tak terkecuali dengan kopi yang ikut bertransformasi. Dari yang tadinya dikenal sekadar biji buah berenergi, kini menjadi sebuah produk budaya yang digemari. Dari yang awalnya hanya bertujuan untuk menjaga tubuh dari lelap, lalu menjadi sebuah minuman agar terlihat gemerlap. Mungkin sebetulnya memang bukan kopi yang berubah, tapi cara manusia memperlakukan kopi yang kini berbeda.

Di samping dari segi khasiatnya yang sejak zaman dahulu dapat membuat melek, kopi juga dikenal bermanfaat untuk menjaga imunitas, dan menekan risiko kanker, dan diabetes. Namun, tentunya pastikan terlebih dahulu kopi yang dikonsumsi merupakan “kopi jujur”, sehingga kualitasnya pun terjaga.

Kopi Blockchain
Perkembangan pesat budaya minum kopi memang terbilang wajar seiring dengan arus modernisasi, serta digitalisasi yang kian kencang. Di samping soal rasa, dan budaya, kini kopi juga merupakan salah satu konten yang laris manis di social media. Namun justru karena itulah, bisnis kopi menjadi salah satu bidang usaha yang paling menjanjikan saat ini.

Untuk konsumsi domestik pada 2019 saja, kopi di Indonesia dapat menembus angka 294.000 ton, dengan nilai pasar bisnis kedai kopi yang dapat mencapai Rp4,8 triliun rupiah per tahun. Dengan nominal yang tentu tak sedikit, sungguh disayangkan bila industri ini tidak digarap dengan serius. Apalagi, kini sudah cukup banyak sumber daya yang bisa dimanfaatkan untuk pengembangannya, mulai dari alamnya, manusianya, modalnya, hingga inovasi sistem pengelolaannya.

Inovasi sistem pengelolaan bisnis kopi yang saat ini sedang gencar dikembangkan penerapannya adalah teknologi Kopi Blockchain. Melalui sistem ini, bisnis kopi dapat dikelola dengan lebih transparan, dan terkendali prosesnya, mulai dari petani kopi, hingga konsumen.

Dalam sistem Kopi Blockchain, setiap transaksi yang mana menggunakan uang digital, dapat diketahui secara terbuka oleh setiap komponen yang ada di dalam “rantai” tersebut. Dengan begini, petani kopi pun dapat mengetahui ke mana saja kopi yang mereka tanam dijual, dan dengan harga jual akhir berapa. Untuk pengusaha kopi pun demikian, mereka pun dapat mengetahui kualitas, kuantitas, hingga harga jual wajar dari petani kopi, sehingga antara keduanya terjalin kerjasama yang berdasarkan asas transparansi. Hal ini pun berlaku untuk segi kualitasnya. Sedangkan bagi konsumen akhir, mereka dapat pula dengan mudah mengetahui asal kopi yang mereka beli dengan memindai QR Code yang disediakan.

Sebetulnya, keberadaan Kopi Blockchain sangat mendukung terhadap sosialisasi, pelestarian, dan penjualan kopi jujur di masyarakat. Keterbukaan data mulai dari produksi, hingga distribusi akhir dalam sistem ini, dapat meningkatkan kepercayaan konsumen soal keaslian kopi yang akan dibeli, dan dikonsumsinya.

Kopi Jujur Lawan Corona
Karena khasiat yang dimilikinya, kopi jujur juga dapat sangat bermanfaat pada masa pandemi Corona saat ini, untuk menjaga imunitas, serta energi para tenaga medis yang tengah berjuang membantu pemulihan pasien yang terjangkit Covid-19.

Salah satu brand yang sudah menerapkan sistem Kopi Blockchain, yaitu Bencoolen Coffee pun turut memberikan dukungannya pada masa pandemi Covid-19 dengan mengikuti “Aksi 1 Juta Cup Kopi Jujur Gratis” yang sudah, dan masih akan berlangsung hingga 30 Mei 2020. Mereka tak hanya membagikan kopi kepada petugas kesehatan, tapi juga kepada para pejuang ekonomi keluarga yang masih harus bekerja di jalanan. Masyarakat umum pun dapat ikut serta membantu aksi ini hingga akhir mei nanti dengan memberikan donasi melalui crowdfunding KitaBisa.com dengan tautan https://kitabisa.com/campaign/kopijujurlawancorona.

Dari manusia, oleh, dan untuk manusia. Begitulah cara kopi jujur hidup, dan bergerak menghubungkan komponen dalam semestanya. Secara alamiah, manusia pun pasti akan memilih seorang kawan yang jujur. Lalu mengapa tidak untuk secangkir kopi?


Follow juga : Kopi Jujur

Sumber:
Indonesia Coffee Annual Report 2019, Global Agricultural Information Network

Gabriella Teggia and Mark Hanusz. 2003. A Cup of Java. Equinox Publishing, Jakarta – Singapore. 


Kopiblockchain.io, 1 Mei 2020, <https://kopiblockchain.io/> [diakses pada 1 Mei 2020]


Doktersehat.com, <https://doktersehat.com/manfaat-kopi-bagi-kesehatan-tubuh/> [diakses pada 1 Mei 2020]


2 komentar: