Sedia Kopi, Sedia Bicara dan Cerita Melalui Rasa


Sedia Kopi, memang nama yang cukup sederhana untuk nama sebuah coffee shop. Mudah melekat di benak, namun agak sulit terindeks google karena namanya menggunakan istilah umum. Tapi saya rasa itu bukan masalah. Karena bagi saya, sebuah produk yang baik, akan dapat menjual dirinya sendiri. Termasuk dengan Sedia Kopi.
Suasana Hangat di Kedai Sedia Kopi
By the way, sama seperti banyak kedai kopi lainnya saat ini, Sedia Kopi juga menawarkan konsep tempat yang dapat menjadi ruang bicara dan cerita antar satu sama lain. Bedanya, Ibeng sang pemilik usaha ini benar-benar serius menerapkan idealisme yang coba ia bangun. Bahkan, ia selalu berinisiatif mengajak berkenalan dan berbincang kepada para pengunjung ­Sedia Kopi. Oleh karena itu, tak perlu malu datang sendirian ke Sedia Kopi, karena selain dapat menikmati kopi yang enak, pengunjungnya juga bisa mendapat relasi.

Untuk mewujudkan visinya dalam membangun kedai kopi yang dapat menjadi ruang bicara, Ibeng pun menerapkan sebuah keputusan yang cukup berani untuk tidak menggunakan jasa food delivery yang sedang ramai belakangan ini. Padahal menurut pengalaman saya berbincang dengan banyak pemilik coffee shop di Bandung, 70-90% omzet mereka itu bisa didapat dengan berjualan menu es kopi susu dengan pengiriman melaui ojek online. Karena memang ide awal pemuda berusia 23 tahun ini untuk membuat kedai kopi itu sebenarnya simple. Ia hanya ingin membuat sebuah tempat ngumpul yang nyaman untuk siapapun. Tapi, jangan salah, walaupun strateginya terbilang anti-mainstream, Ia mengaku tetap mendapat keuntungan yang lumayan. Bila kebanyakan coffee shop mendulang rupiah pada akhir pekan, Sedia Kopi justru ramai pada saat weekdays.

Walaupun Sedia Kopi mengangkat konsep tempat yang dapat menjadi ruang bicara, bukan berarti kopi yang dijualnya tidak istimewa. Ibeng dan kawan-kawan juga punya dua menu affogato yang menjadi andalan. Pemilihan menu tersebut pun cukup unik, karena affogato itu terbilang jarang diangkat sebagai signature menu.

Menu affogato yang pertama adalah Red Affogato yang menggunakan red velvet powder di atas scoop ice cream-nya. Lalu ada juga Green Affogato yang menggunakan green tea powder. Kedua menu tersebut dapat dinikmati dengan espresso maupun flat white yang disajikan terpisah. Hal ini dimaksudkan agar pengunjung dapat menakar sendiri kadar kopi yang digunakan. Bila menggunakan flat white, rasa affogato-nya akan lebih creamy, namun bila menggunakan espresso, maka tentu rasanya akan sedikit pahit, tapi akan sangat strong di rasa kopinya. Dua affogato ini juga dapat dinikmati dengan pilihan topping yang tersedia, mulai dari krimer kental manis, taburan coklat meses, serta irisan keju cheddar. Yang mengejutkan lagi adalah harganya. Saya sempat mengira menu ini berkisar sebesar Rp25.000. Namun ternyata, satu porsi minuman ini dibandrol hanya dengan harga Rp15.000. Untuk menu lainnya pun ternyata memang sangat terjangkau dari segi harga. Menu yang paling mahal pun adalah Cappuccino yang dijual Rp20.000.
Red Affogato, signature menu dari Kedai Sedia Kopi

Nah, buat yang penasaran dengan suasana ngopi di Sedia Kopi bisa langsung saja mampir ke Jl. Ir. H. Djuanda (Dago) No. 450, Bandung. Lokasinya persis di depan Dago Tea House, sehingga tidak akan sulit menemukannya. Sedangkan untuk waktu operasionalnya dimulai dari pukul 5 sore hingga pukul 11 malam. Cocok untuk dijadikan tempat nongkrong dengan kawan sepulang kerja dan setelah aktivitas lainnya.

0 komentar:

Posting Komentar