Baik lokal maupun
asing, sudah banyak sekali film seri maupun layar lebar yang menyeritakan
tentang pertukaran jiwa atau tubuh. Mungkin satu judul yang paling banyak
diperbincangkan belakangan adalah “Kimi no Wawa”, sebuah film anime Jepang yang
plot ceritanya sangat berkesan. Namun, tak kalah dengan film yang memiliki
judul internasional “Your Name” tersebut, sebuah web series berjudul “Janji” yang juga mengangkat tema tentang
pertukaran jiwa pun banyak dibicarakan oleh warganet di Indonesia. Nama Yandy
Laurens sebagai sutradara yang sukses menukangi web series hits lainnya
seperti “Sore”, dan “Mengakhiri Cinta dalam 3 Episode” ini, cukup kuat untuk menjadi
alasan orang untuk tidak melewatkan karyanya kali ini. Seluruh web series karya sineas muda tersebut
ternyata memiliki satu kesamaan yakni roman yang dibumbui oleh cerita fantasi,
salah satunya ya “Janji” ini, yang mengangkat cerita tentang pertukaran jiwa
antara Iko yang diperankan oleh Darius, dan Ujo yang diperankan oleh Ringgo
Agus Rahman.
Poster dari tiga web series yang dibuat Yandy Laurens. Courtesy: Tropicana Slim dan Toyota Indonesia |
Awalnya,
saya pribadi menilai bahwa premis yang coba diangkat oleh Yandy dalam “Janji”
ini sudah basi. Di Indonesia sendiri sepertinya tema tentang pertukaran jiwa
sudah beberapa kali diangkat ke dalam sinetron atau FTV. Rasanya sudah
terbayang akan bagaimana alur dari keseluruhan ceritanya. Namun keraguan tersebut langsung ditepis dengan baik melalui
cara Yandy menampilkan cerita. Dari karya-karya yang pernah dibuatnya, Yandy
selalu menampilkan ciri khasnya yang bagaimana adegan demi adegan dibuat
sedikit berdialog, namun terasa intense dari suasana yang dibangunnya melalui pengambilan
gambar, ekspresi dan gestur para pemeran, serta pemberian jeda yang kemudian
membuat kita menahan napas. Tak lupa, plot
twist yang juga selalu ia bubuhkan di akhir episode-nya, termasuk yang ia lakukan pada “Janji” menjadikan web series buatannya sebuah paket lengkap yang semakin menunjukan
kalau karyanya akan selalu berbeda dan akan menjadi hal yang memorable.
Namun di
antara seluruh web series karya Yandy
Laurens, “Sore, Istri dari Masa Depan” merupakan favorit saya. Judul yang sangat
menggelitik. Ada apa dengan “Sore”? Rupanya sore ini adalah sebuah nama
karakter yang ia sematkan kepada Tika Bravani yang menjadi pemeran utama wanita
di seri ini. Sebuah nama yang sangat tidak umum diberikan kepada sebuah tokoh
dalam cerita. Saya pun langsung menebak kalau Yandy ini sepertinya anak folk banget, sehingga memberi nama yang
senada dengan senja. Memang tebakan saya ini terbukti, karena hampir di seluruh
web series-nya, ia memutar beberapa
lagu folk ternama, serta lantunan
nada-nada mendayu-dayu sebagai latar musik.
Sebetulnya,
Sore ini sudah tayang pada awal 2017. Hanya saja, memang saya baru
mengetahuinya setelah melihat kolom komentar di video Youtube “Janji”, di mana
netizen mulai membanding-bandingkan kedua web
series tersebut. Sama halnya dengan “Janji”, “Sore pun” mencoba
mengolaborasikan roman dengan cerita fiksi. Kali ini time travel menjadi salah satu tema yang diangkatnya.
Jangan bayangkan
perpindahan waktu dengan visual efek memukau ala Back to the Future atau Avengers:
End Game yang bertujuan menyelematkan dunia, karena kamu tidak akan menemukannya
di sini. Time Travel di “Sore” ini lebih mirip cerita-cerita seperti di film
About Time, the Time Traveler’s Wife, dan Midnight in Paris, yang kebetulan
ketiga film tersebut diperankan juga oleh Rachel McAdams yang di semua filmnya
itu berperan menjadi pasangan pemeran utama pria yang menjadi penjelajah waktu.
Saya tidak
pernah berpikir bahwa akan ada film Indonesia yang berhasil membawakan tema ini
dengan baik, tanpa menjadikannya sebuah cerita yang terlalu mengawang. Hubungan
Sore, dan Jo yang diperankan oleh Dion Wiyoko membentuk sebuah chemistry yang
manis, tanpa terlihat cringe.
“Sore” dan “Janji”
merupakan dua web series yang dibuat
Yandy untuk brand Tropicana Slim. Sebagai film seri yang ditayangkan untuk meng-endorse merek, Yandy sangat berhasil memasukan misi dari brand tersebut ke dalam cerita dengan
sangat baik. Tidak ada over placement pada
produk, dan merek pun tidak menjadi harus disebut dalam dialog antar karakter. Porsinya
pas, dan kualitas dari web series ini
sendiri yang kemudian membangun engagement
antara brand dan penonton. Saya bisa
bilang begitu, karena sebelumnya ada sebuah web
series milik Unilever yang berjudul “Transit”, yang kemudian terlalu
kentara dalam mempromosikan produknya, hingga membuat cerita menjadi terganggu.
By the way, awalnya saya menonton “Transit” karena melihat Tika Bravani
berperan di dalamnya. Idealisme Yandy ini pun dipertahankan saat membuat “Mengakhiri
Cinta dalam 3 Episode” bersama Toyota Indonesia.
Time travel sudah, bertukar jiwa sudah, lalu apalagi? Ternyata
di “Mengakhiri Cinta dalam 3 Episode”, Yandy menambahkan bumbu telepati.
Sayangnya, sesuai dengan judul, series ini
memang dirancang untuk berakhir dalam 3 episode (plus satu episode bonus) saja.
Dari judulnya yang obvious, memang
sepertinya cerita ini akan tertebak. Namun Yandy tentunya tidak membiarkan
pikiran penontonnya langsung habis ketika selesai melihat judul. Pergulatan
batin Satrio yang kembali diperankan oleh Dion Wiyoko, dan Ayu yang diperankan
Sheila Dara Aisha, membuat saya melupakan judul tersebut. Saya menjadi berpikir
bahwa judul ini hanyalah sebuah jebakan. Dan memang …
Sebaiknya
ditonton saja sendiri series-nya,
hehe.
Sebetulnya karya
Yandy yang pertama saya tonton adalah film layar lebar Keluarga Cemara. Film
ini memang agak sedikit keluar dari gayanya Yandy saat membuat web series. Tidak ada bumbu fantasi.
Mungkin karena film ini adalah sebuah cerita yang diangkat dari sinetron tahun 90-an yang berjudul sama. Selain itu, kesan
yang ditimbulkan pun lebih ceria dan berwarna. Hal ini ditunjukan dengan kehadiran
Asri Welas yang menunjukan sisi jenaka dari film ini. Namun, ada satu hal yang tak
berubah. Dari seluruh karyanya, Yandy selalu menghadirkan masalah yang
berkaitan dengan hubungan intim manusia. Antara sepasang kekasih, suami-istri,
maupun hubungan antara ayah dan anak. Bersamaan dengan masalahnya, ia pun
menunjukan bahwa solusi antara seluruh permasalahan hubungan ini adalah dengan
berdialog. Saling mengutarakan isi hati. Sehingga, rasa angkuh pun menjadi
luluh. Sehingga, kesalahpahaman pun malah kemudian dapat menjadi menguatkan perasaan.
Ku juga suka webseries karya yandy laurens, terbaik emang, terutama yang Sore��
BalasHapusSetujuuu, Sore paling mind blowing ceritanya..
BalasHapus